Setelah Membagikan Coklat ke Pegawai Alfamart, Anak Jusuf Hamka Beri Pesan Menohok untuk Pengutil Kaya

AYOMEDAN.ID--Peristiwa menggelikan yang dilakukan oleh pengutil coklat di Alfamart menuai reaksi. Salah satunya adalah seorang anak pengusaha di Indonesia Yakni Yusuf Hamka.

Anak Yusuf Hamka menunjukkan aksi simpatik dan pesan yang menohok bagi pengutil coklat di Alfamart. Pesan itu bukan hanya untuk ibu-ibu yang kemarin kedapatan mencuri coklat, tapi bagi siapapun yang memiliki uang dan kekuasaan agar bisa saling melindungi terhadap yang lemah.

Ia sangat tidak setuju, jika uang dan kekuasaan digunakan dengan semena-mena apalagi sampai menindas rakyat kecil.

Baca Juga: Rachmat Gobel Dorong Kesejahteraan Masyarakat di Wilayah Perbatasan

Melansir dari pikiran-rakyat.com, Feisal Hamka, anak pengusaha Jusuf Hamka, mendatangi gerai Alfamart Sampora, Tangerang Selatan, tempat terjadinya pencurian cokelat oleh seorang wanita bernama Mariana.

Feisal Hamka membeli jenis cokelat yang dicuri Mariana, lalu diberikan ke semua karyawan Alfamart Sampora yang berjumlah tujuh orang.

Namun, Feisal Hamka menyayangkan karena tidak bertemu Amelia, pegawai yang menangkap Mariana ketika mencuri cokelat.

Baca Juga: Legislator Minta Pertamina Blak-blakan Mengenai Stok Pertalite

"Sayang tidak sempat bertemu mbak yang kemarin (Amelia), akhirnya saya belikan para karyawan yang kerja disana cokelat yang dicuri Bu Mariana kemarin, biar mereka bisa ikut mencicipi manisnya rasa keadilan," sebut Feisal dalam keterangan di akun Instagram pribadinya.

Feisal merasa heran mengapa Mariana bisa mengambil cokelat sedangkan letak cokelat ada di depan kasir.

Feisal merasa lega karena kasus ini sudah diurus oleh kepolisian setempat dan pengacara Hotman Paris Hutapea.

Baca Juga: Teks Doa Upacara 17 Agustus Kemenag Lengkap dengan Mukadimah dan Penutup, Cocok Dibaca saat Peringatan HUT RI

Dalam caption unggahannya, Feisal juga menyampaikan pesan kepada Mariana.

"Jangan mentang-mentang punya uang jadi bisa semena-mena, sungguh terlalu, memakai kekuasaan untuk menindas, bukannya melindungi yang lemah," sebut Feisal.