إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
Artinya: "Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram (mulia). Itulah (ketetapan) agama yang lurus."
Baca Juga: Kapan Puasa Tasu'a dan Asyura Muharram 1444 H/Agustus 2022? Simak Tanggalnya di sini
Ayat tersebut menjelaskan bahwa tidak semua bulan berkedudukan sama. Dalam Islam ada empat bulan utama di luar Ramadhan, yakni Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Karena kemuliaan bulan-bulan itulah, Islam menganjurkan pemeluknya untuk memanfaatkan momentum tersebut sebagai ikhtiar memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Mereka didorong untuk memperbanyak puasa, dzikir, sedekah, dan solidaritas kepada sesama.
Dalam Ihya’ Ulûmid-Dîn, Imam Al-Ghazali mengenalkan istilah al-ayyâm al-fâdhilah atau hari-hari utama. Menurutnya, hari-hari utama selalu dijumpai dalam tiap minggu dan bulan. Al-Ghazali juga menyebut istilah al-asyhur al-fâdlilah (bulan-bulan utama). Bulan-bulan utama ini juga selalu dijumpai di tiap tahun.
Waktu adalah salah satu dari makhluk Allah, seperti juga manusia, jin, dan binatang. Namun, sebagaimana ada tempat-tempat utama, seperti Muktazam, Masjid Nabawi, Masjidil Haram, dan lainnya, waktu pun demikian. Dalam tiap rentang waktu tertentu (hari, pekan, bulan, dan tahun) selalu terkandung bagian waktu yang diistimewakan, misalnya waktu antara maghrib dan isya, sepertiga malam terakhir, hari Jumat, bulan Ramadhan, bulan Muharram, dan lain sebagainya. Dalam waktu-waktu spesial itulah pahala bisa dilipatgandakan, dosa-dosa bisa dihapus, dan doa-doa kemungkinan besar dikabulkan.
Jamaah Shalat Jumat Hafidhakumullah.
Allah memang telah menganugerahi kita kesempatan-kesempatan emas yang demikian banyak. Allah mengutamakan waktu-waktu tertentu karena hendak memberi keutamaan pada hamba-hamba-Nya. Sebagaimana keterangan Ibnu ‘Asyur saat menafsirkan surat at-Taubah ayat 36 tadi:
وَاعْلَمْ أَنَّ تَفْضِيْلَ اْلأَوْقَاتِ وَالْبِقَاعِ يُشَبِّهُ تَفْضِيْلَ النَّاسِ، فَتَفْضِيْلُ النَّاسِ بِمَا يَصْدُرُ عَنْهُمْ مِنَ اْلأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ، وَاْلأَخْلَاقِ اْلكَرِيْمَةِ
Artinya: "Ketahuilah bahwa dimuliakannya sejumlah waktu dan tempat tertentu merupakan kehendak dimuliakannya manusia, melalui perbuatan-perbuatan baik dan akhlak mulia yang mereka lakukan." (Muhammad Ibnu ‘Asyur dalam At-Tharîr wat Tanwîr).
Pernyataan Ibnu ‘Asyur mengandung pengertian bahwa kemuliaan bulan tertentu tidak mutlak berarti kemuliaan umat Islam secara otomatis. Kemuliaan umat Islam mengandung syarat, yakni ketika mereka mau mengisi waktu-waktu khusus tersebut dengan amal saleh dan akhlakul karimah.
Keutamaan bulan-bulan khusus adalah satu hal, dan keutamaan pribadi orang-orang Islam adalah hal yang lain. Keistimewaan bulan Muharram adalah satu soal, sementara keistimewaan individu-individu kaum Muslimin adalah soal lain. Hal tersebut sangat tergantung bagaimana kita umat Islam merespons keutamaan-keutamaan yang diberikan Allah itu kepada kita: apakah mengisinya dengan baik atau tidak.
Baca Juga: Teks Ceramah Singkat tentang Puasa Asyura 10 Muharram, Cocok untuk Lomba Pidato atau Tausyiah
Di antara amalan yang amat dianjurkan di bulan pertama kalender hijriyah ini adalah puasa. Dalam hadits riwayat Ibnu Majah dijelaskan: Seseorang datang menemui Rasulullah SAW dan bertanya: Setelah Ramadhan, puasa di bulan apa yang lebih afdhal?' Nabi menjawab, Puasa di bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut dengan Muharram.
Penyebutan Muharram sebagai “bulan Allah” (syahrullâh) menunjukkan posisi bulan ini yang amat spesial. Melalui riwayat Ibnu Majah pula, puasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram) disebut sebagai bagian dari amalan untuk menghapus dosa-dosa setahun yang telah lewat. Selain 10 Muharram, puasa juga masih dianjurkan pada hari-hari lain di bulan ini.
Amalan lain yang bisa digiatkan adalah meningkatkan solidaritas antarsesama. Kebanyakan umat Islam, utamanya di Indonesia, menjadikan momen Muharram sebagai “lebaran anak yatim” dengan memberikan santunan kepada anak-anak yang kehilangan orang tua dan secara ekonomi lemah.
Artikel Terkait
Bacaan Doa Hari Asyura 10 Muharram, Tulisan Arab, Latin dan Terjemahan serta Peristiwa Bersejarahnya
Pertama dalam Sejarah, Kain Kiswah Penutup Ka'bah Diganti pada 1 Muharram
Mengapa Kalender Hijriah Diawali Bulan Muharram Bukan Rabiul Awwal? Ini Penjelasannya
Contoh Surat Pengantar Permohonan Dana pada Proposal 17 Agustus, untuk Lingkungan RW dan Karang Taruna
20 Peristiwa Penting dan Bersejarah pada Hari Asyura, Diantaranya Penciptaan Manusia Pertama
Download 3 Contoh Proposal 17 Agustus, Lengkap dengan Perlombaan dan Estimasi Biaya Format Doc MS Office
Contoh Pidato Singkat tentang Muharram Cocok Disampaikan saat Hari Asyura
Kumpulan Ide Lomba 17 Agustus yang Jarang Dimainkan, Seru dan Menghibur
Guru PAUD di Medan Dilatih Membuat Media Pembelajaran Berbasis IT
Bobby Nasution Buka Balai Kota Medan untuk Masyarakat Umum
Menteri Pertanian Dukung Sumut Kembangkan Pertanian Organik
Roy Suryo Diperiksa Lagi Sebagai Tersangka Kasus Penistaan Agama, Bakal Ditahan? Ini Jawaban Polda Metro Jaya
Mahfud MD, Kasus Tewasnya Brigadir J Memiliki Aspek Psikologis yang Kuat
Citayam Fashion Week akan Pindah ke Sarinah, Erick Tohir Buka Suara
Doa Setelah Sholat Istikharah, Memohon Petunjuk atas Sebuah Pilihan
Hari Kemerdekaan, Ini 6 Film Indonesia yang Bisa Tingkatkan Semangat Nasionalisme
Seorang Perempuan Penumpang Kereta Api jadi Korban Pelecehan Seksual di Stasiun Ciamis, Begini Kronologinya
Tidak Asal-asalan, Ternyata Perlombaan 17 Agustus Memiliki Arti Filosofi Mendalam, Simak Penjelasannya
Bagini Cara Alami Usir Tikur dan Ular serta Hewan Liar yang Masuk Rumah
Catat! Bantal dengan Warna Ini Dianggap 'Membahayakan' Tidur
Prakiraan Cuaca Medan Kamis 4 Agustus 2022, Siang hingga Malam Cerah Berawan