Pakar Farmasi UGM Tak Setuju Ganja untuk Medis, Ini Alasannya

photo author
- Sabtu, 9 Juli 2022 | 07:46 WIB
Pakar Farmasi UGM  Prof Zullies Ikawati tak setuju ganja untuk medis (Pixabaya/herbalhmp)
Pakar Farmasi UGM Prof Zullies Ikawati tak setuju ganja untuk medis (Pixabaya/herbalhmp)

AYOMEDAN.ID -- Baru-baru ini mencuat wacana legalisasi ganja untuk medis, bahkan DPR RI mulai mengkaji hal tersebut.

Namun sejumlah pihak ada yang tidak setuju terkait penggunaan ganja untuk medis, salah satunya datang dari Pakar Farmakologi dan Farmasi Klinik Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Zullies Ikawati.

Pakar Farmasi UGM tersebut menyatakan tidak setuju terhadap upaya-upaya legalisasi ganja meski dengan alasan untuk medis.

Menurut Zullies Ikawati ganja yang dipakai dalam bentuk belum murni, masih mengandung senyawa yang bisa mempengaruhi kondisi psikis pengguna.

Baca Juga: Pemko Medan Ajak MABMI Mendukung Program Pembangunan Kota

Kemudian menurutnya, bagian utuh dari ganja menyebabkan ketergantungan dan berdampak kepada mental pengguna.

Ia menekankan, ganja sebagai tanaman serta bagian-bagiannya itu mestinya tetap tidak bisa dilegalisasi untuk ditanam apalagi diperjualbelikan.

"Karena masuk dalam narkotika golongan satu," kata Zullies, dikutip dari republika.co.id.

Ia menyampaikan, yang dapat dilegalkan atau diatur merupakan senyawa turunan ganja seperti cannabidiol yang tidak memiliki aktivitas psikoaktif.

Senyawa ini dapat digunakan sebagai obat dan bisa masuk narkotika golongan satu atau tiga. Misalnya, penggunaan ganja medis dari obat-obatan golongan morfin.

Zullies menekankan, ganja medis bukan jadi obat satu-satunya yang bisa mengatasi kejang tubuh seseorang.

Karenanya, ganja medis disarankan sebagai sebuah obat alternatif atau bukan obat utama bila obat lain sudah tidak berefek bagi pasien.

Baca Juga: Ganja akan Dilegalkan untuk Tujuan Medis, Bagaimana Reaksi BNN?

"Jadi, saya pribadi 'say no' untuk legalisasi ganja walau dengan alasan memiliki tujuan medis. Komponen ganja yang bersifat obat seperti cannabidiol bisa digunakan sebagai obat, namun jadi alternatif terakhir," ujarnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Arman

Sumber: republika.co.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X