Sejak mengetahui isterinya hamil, sang suami makin giat bekerja di sawah. Dia bekerja keras agar panennya bagus guna membiayai persalinan isteri dan membiayai anaknya kelak.
Seiring waktu berjalan kehamilan sang isteri semakin membesar. Sang suami meminta isteri agar makin berhati-hati menjaga kesehatan. Suami kerap membantu pekerjaan isteri seperti menyapu dan mencuci bahkan membantu memasak. Hal itu dilakukan agar isterinya tidak sampai kelelahan yang bisa mengganggu janinnya.
Saat itu kehamilan isterinya sudah berjalan enam bulan. Isteri kerap mengeluhkan perutnya sering sakit. Bila menerima keluhan sakit, suami pun cemas dan kadang-kadang ia tidak pergi ke ladang demi menjaga isterinya.
Pagi itu istri mengalami sakit perut yang luar biasa. Namun hal itu tidak diberitahukan pada suami karena ia takut akan menjadi beban pikiran suami dan suami tidak bekerja lagi.
“Istriku wajahmu tampak pucat sekali, apakah engkau merasa sakit?”
“Tidak bang, aku baik-baik saja, pergilah engkau ke ladang. Sudah lama kau tidak keladang karena mencemaskanku.”
“Baiklah kalau begitu, aku berangkat ke sawah sekarang. Engkau jangan terlalu lelah bekerja di rumah. Jaga kesehatanmu”.
“Baiklah bang, aku akan berhati-hati menjaga kandungan bayi kita”.
Pagi itu berangkatlah suami ke sawah guna menengok tanaman padi yang diperkirakan akan panen menjelang lahiran isterinya. Menjelang tepi sawah, seorang warga member tahu. Tanaman padi mereka ludes diserang hama. Lelaki yang tengah menanti kelahiran bayi dari kandungan istrinya itu bergegas memeriksa sawahnya. Alangkah terkejutnya, melihat tanam padinya layu bagai terbakar dan mati. Sejenis hama menyerang tanaman padi para petani dengan ganasnya. Sudah dapat dipastikan panen mereka tahun ini gagal. Sia-sia pekerjaan yang mereka lakukan hamper enam bulan terakhir ini. Menerima fakta itu, hatinya sangat sedih. Harapan bisa mmemanen padi sebagai persiapan biaya persalinan isterinya kandas.
Lelaki itu pulang dengan langkah gontai. Saat mengetuk pintu rumah, ia tidak mendengar suara isteri menyahut salamnya. Saat dipanggil beberapa kali pun sang istri tidak member jawaban. Hati suami mulai cemas. Dia buka pintu yang memang tidak terkunci itu. Ia tak menemukan isterinya di kamar, maupun di dapur.
Ternyata ia menemukan isterinya tergeletak pingsan di kamar mandi. Ia pun berteriak minta pertolongan warga. Seorang warga member tahu bahwa isterinya akan melahirkan prematur. Zaman itu, klinik bersalin belum berkembang seperti sekarang. Dukun bayi mengambil peranan penting dalam situasi genting seperti ini.
Berkat pertolongan warga, dukun bayi pun datang menangani persalinan. Terdengar suara isterinya menjerit-jerit kesakitan. Perasaan suami begitu cemas. Namun lega begitu mendengar kabar proses persalinan selesai dilaksanakan. Sang isteri selamat, namun bayi yang masih orok kecil tidak tertolong. Sedih memang, namun pasangan suami isteri yang lama mendambakan bayi itu harus mengikhlaskan fakta getir yang diterimanya: sudahlah panen gagal dan bayinya meninggal pula.
***
Hari telah berganti. Pasangan suami isteri dari kampung Durin Tani itu tidak mau larut dalam kedukaan. Setelah kematian bayinya dan panen yang gagal, mereka mencoba kembali bangkit. Setahun setelah musibah itu, sang isteri kembali hamil. Sang suami merasa senang. Tidak ingin pengalaman tahun lalu terulang, pasangan itu menjaga kandungannya dengan lebih berhati-hati.
Artikel Terkait
Lowongan Kerja PT Home Credit Indonesia, Kirim Lamaran Secara Online di sini
Yuk Maksimalkan Medsosmu untuk Tingkatkan Karier
Pekerja Hotel di Sumut Bersimbah Darah Tewas di Dapur
Pemko Medan Siap Gelar Porkot ke XII dengan 22 Cabor
5 Kiat Membuat Konten Menarik dan Berkualitas untuk Media Sosial