Legenda Gua Kemang di Medan, Tempat Tinggal Orang Kerdil

photo author
- Rabu, 13 Juli 2022 | 15:09 WIB
IIlustrasi gua.
IIlustrasi gua.

AYOMEDAN.ID--Di Medan terdapat legenda menarik yaitu Gua Kemang. Konon, gua ini hanya bisa dimasuki oleh orang yang berukuran tubuh kecil atau kerdil. Apakah benar gua kemang merupakan tempat tinggal orang kerdil?

Simak legendanya yang dilansir dari pemkomedan.go.id dan diceriatakan ulang oleh Nasib TS.

Sekitar 33 kilometer ke arah Selatan Kota Medan terdapat sebuah perkampungan  di kaki  Bukit Barisan, bernama Durin Tani. Secara administratif  Durin Tani masuk wilayah Desa Sembahe Kecamatan Sibolangit yang memiliki  banyak obyek wisata pemandian alam. Selain aliran sungai yang bening dan alamnya yang hijau, di daerah ini terdapat sebuah gua yang  dinamai warga Gua Kemang. Gua yang terbentuk dari rekahan tebing batu itu tidaklah terlalu besar. Mulut gua relatif kecil, kira-kira hanya bisa untuk masuk tubuh yang kerdil. Karena itu pula penduduk setempat menamakan gua tersebut sebagai gua ‘kemang’ atau  gua ‘umang’ yang berarti orang kerdil. Dari lokasi itulah cerita ini bermula….

Embun menitik dari ujung daun  padi muda jatuh ke pematang sawah. Di sekeliling sawah penduduk itu, tumbuh rerimbunan pohon yang menghijau segar. Sungai kecil mengalir di antara celah bukit membentuk komposisi pemandangan yang indah seperti lukisan. Nun jauh nampak  deretan pegunungan Bukit Barisan yang biru. Sementara langit mulai menyembulkan matahari dari balik fajar berwarna jingga. 

Tak jauh dari areal persawahan, sungai dan perbukitan terdapat gubuk sederhana dengan tanaman bunga-bunga di pekarangannya. Di sanalah sepasang suami yang tampan dan isteri yang cantik bertempat tinggal. Mereka pasangan muda yang setia dan saling mencintai dan belum juga dikaruniai keturunan meskipun sudah sepuluh tahun berumah tangga. Sang suami bekerja mengolah ladang dan sawah. Sementara sang isteri kerap menemani setelah sehabis memasak dan membereskan rumah sekalian mengantarkan bekal makanan untuk sang suami tercinta.

“Alangkah indahnya bila di ladang ini kita hadir bertiga. Di antara kita ada si kecil sambil bermain lumpur atau memetik bunga-bunga liar yang tumbuh di tepi sawah. Betapa bahagianya kita, wahai isteriku,”kata sang suami.

“Sabarlah, suamiku, kita jangan bosan berdoa, agar kita dikaruniai anak buah cinta kita,” jawab si istri.

Tak berapa lama setelah suami isteri itu mencurahkan impian mereka menimang buah hati, sang istri mengeluh sakit. Kepalanya pusing, tubuhnya lemah dan mual-mual.

Suami yang sangat menyayangi isterinya gusar. Dia keluar rumah meninggalkan isterinya sebentar bermaksud mencari obat. Sebelumnya ia sempat bertemu tetangga dan menceritakan kondisi isterinya.

“Kemungkinan isterimu sedang ngidam, ia mengandung,” kata tetangga itu.

“Begitukah? Syukurlah, semoga saja. Kami sudah lama mengidamkan momongan,” katanya bergembira.

Pendapat tetangga yang menduga isterinya ngidam diceritakannya pada sang isteri setelah lelaki itu tiba di rumah membawa obat pusing dan sakit perut. Mendengarkan hal itu sang isteri ikut berbahagia.

“Dua bulan ini aku belum datang bulan” katanya.

“Wahai isteriku, kita segera punya momongan, tuhan mendengar doa kita”.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Frans C Mokalu

Sumber: Pemko Medan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Menko Polkam dan PWI Sepakat Jalin Kerja Sama Literasi

Sabtu, 22 November 2025 | 11:01 WIB

Jaksa Agung Ajak Sinergi PWI Pusat

Kamis, 13 November 2025 | 17:36 WIB

PWI Sampaikan Maaf Usai Website Diretas

Rabu, 15 Oktober 2025 | 18:57 WIB

PWI Pusat Cabut Pembekuan PWI Jawa Barat

Jumat, 8 Agustus 2025 | 10:53 WIB

PWI Jabar Tegaskan Tetap Solid Dukung KLB

Sabtu, 12 April 2025 | 22:19 WIB

Terpopuler

X