AYOMEDAN.ID--Selain rencana tarif masuk Pulau Komodo akan dinaikan, jumlah pengunjung di taman nasional itu juga akan dibatasi.
Alasan dibatasinya jumlah pengunjung di Pulau Komodo, salah satunya adalah demi kelestarisn konservasi.
Rencana kenaikan tarif masuk ke Pulai Komodo dan pembatasan jumlah pengunjung mendapat tanggapan dari berbagai kalangan.
Baca Juga: Tiket Masuk Pulau Komodo Naik Jadi Rp 3,75 Juta, Pelaku Pariwisata di NTT Menolak
Melansir dari republika.co.id, pengamat pariwisata Universitas Airlangga (Unair) Novianto Edi Suharno menanggapi wacana kenaikkan harga tiket masuk Pulau Komodo yang saat ini masih dibahas pemerintah. Anto menjelaskan, kenaikan tarif yang dimaksud memang dialokasikan sebagai biaya konservasi meliputi beberapa pulau di sekitar Pulau Komodo. Seperti Pulau Padar, Pulau Kenawa, dan pantai di sekitaran Taman Nasional Komodo.
“Tujuannya memang untuk konservasi atau untuk perlindungan komodo. Biaya tersebut yang direncanakan naik itu sebenarnya biaya untuk 1 tahun atau 1 periode,” kata Anto, Selasa (5/7).
Anto berpendapat, wacana kenaikan tarif masuk Pulau Komodo menjadi ramai diperbincangkan lantaran diterapkan ketika pariwisata sedang bangkit dari pandemi Covid-19. Hal tersebut juga menimbulkan pertentangan di antara masyarakat sekitar Taman Nasional Komodo. Karena masyarakat merasa kebangkitan pariwisata pascapandemi Covid-19 menjadi momentum peningkatan ekonomi.
Baca Juga: Kunjungi Medan, Jokowi Tinjau Pasar Petisah dan Pusat Pasar
“Karena dengan kenaikan tarif ini menyebabkan orang langsung berpikir atau tidak ke sana. Padahal aktivitas wisatawan di lokasi tersebut itu juga tidak sepanjang hari paling lama juga sampai tiga jam sudah selesai,” ujarnya.
Anto menilai, untuk menjaga kelestarian Pulau Komodo, yang lebih penting adalah penetapan jumlah pengunjung atau carrying capacity. Jadi, habitat maupun kebiasaan alam Pulau Komodo tidak terganggu dengan aktivitas manusia atau wisatawan yang berkunjung. Meski, ketika wisatawan datang berkunjung ke Pulau Komodo, hanya beberapa sudut saja yang diperbolehkan untuk dikunjungi, namun perlu adanya pembatasan pengunjung agar habitat komodo tetap terjaga.
“Sebenarnya yang dikunjungi wisatawan itu satu sudut atau 1 areal kecil. Di mana kita melihat beberapa ekor Komodo yang dapat dimanfaatkan wisatawan untuk pariwisata,” ujarnya.
Baca Juga: Di Indonesia Puasa Arafah sedangkan Arab Saudi sudah Idul Adha, Apakah Puasanya Sah?
Anto pun berpesan mengenai strategi yang dapat dilakukan sebagai upaya menjaga konservasi komodo adalah pembatasan atau penetapan jumlah pengunjung yang berkunjung ke Taman Nasional Komodo. Pihak pengelola maupun pemerintah dapat mencontoh salah satu destinasi wisata di Malang Selatan, yakni Pulau Sempu yang menerapkan reservasi bagi pengunjung yang akan berwisata ke tempat tersebut.
“Sehingga dalam 1 hari itu sudah tahu betul berapa wisatawan yang berkunjung. Di lain sisi lebih mewah dan lebih bijak untuk penetapan jumlah pengunjung dalam rangka menjaga habitat komodo itu sendiri,” ujarnya.
Artikel Terkait
Puncak Kegiatan Harganas 2022, Bobby Nasution Terima Penghargaan dari Presiden Jokowi
Di Indonesia Puasa Arafah sedangkan Arab Saudi sudah Idul Adha, Apakah Puasanya Sah?
Kunjungi Medan, Jokowi Tinjau Bedah Rumah Di Kelurahan Bagan Deli
Kunjungi Medan, Jokowi Tinjau Pasar Petisah dan Pusat Pasar
Tiket Masuk Pulau Komodo Naik Jadi Rp 3,75 Juta, Pelaku Pariwisata di NTT Menolak