nasional

Harga Minyak Mentah Dunia Naik, Harga BBM di Indonsia Ikut Naik

Senin, 15 Agustus 2022 | 07:45 WIB
Ilustrasi mengisi BBM.

AYOMEDAN.ID--Jika harga minyak mentah dunia terus mengalami kenaikan, maka pemerintah akan menaikan harga BBM bersubsidi.

Rencana ini mengikuti tren harga minyak dunia, sekaligus untuk mengimbangi beban APBN yang terus membesar.

BBM subsidi diperkirakan akan mengalami penyesuaian harga.

Baca Juga: Berapa Jumlah Buah yang Ideal untuk Dikonsumsi Per Hari? Simak Berikut Penjelasannya

Melansir dari suara.com, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, pada Jumat (12/8/2022) di kantornya, memberikan sinyal akan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam waktu dekat.

Hal itu apabila, jika pemerintah sudah tidak kuat menahan harga minyak mentah dunia yang cenderung terus mengalami kenaikan.

Bahlil mengatakan harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam APBN 2022 ditetapkan sebesar US$ 63 per barel, sementara harga minyak rata-rata Januari - Juli telah tembus US$ 105 per barel.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Medan Senin 15 Agustus 2022, Siang Cerah Berawan Malam Hujan Ringan

Adapun jika harga minyak saat ini berada di level US$ 100 per barel maka nilai subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah dapat mencapai Rp 500 triliun.

Namun, jika harga minyak berada di level US$ 105 per barel dengan asumsi kurs dollar di APBN rata-rata Rp 14.750 dan kuota Pertalite bertambah menjadi 29 juta Kilo Liter (KL) dari kuota 23 juta KL, maka subsidi yang harus ditanggung pemerintah bisa tembus hingga Rp 600 triliun.

"Saya menyampaikan sampai kapan APBN kita akan kuat menghadapi subsidi yang lebih tinggi, jadi tolong teman-teman sampaikan juga kepada rakyat bahwa rasa-rasanya sih untuk menahan terus dengan harga BBM seperti sekarang feeling saya harus kita siap-siap kalau katakanlah kenaikan BBM itu terjadi," kata Bahlil dicuplik dari CNBC, Senin, 15 Agustus 2022.

Baca Juga: Renungan Harian Kristen Senin 15 Agustus 2022, Uang Sebagai Ladang Berkat

Lebih lanjut, Bahlil menyebut nilai subsidi sebesar Rp 500-600 triliun tersebut sama dengan 25% total pendapatan APBN. Sehingga jika tetap dilanjutkan akan tidak sehat bagi keuangan negara.

"Kalau di Papua harga BBM tinggi itu biasa di Papua. Kalau saya dulu di Papua harga BBM Rp 19.000 tidak pernah ribut kita di Papua Tetapi kalau di sini naik seribu dua ribu sudah ribut orang," ujarnya.

Halaman:

Tags

Terkini