nasional

Film dokumenter Undocumented Ungkap Nasib Pekerja Migran selama Pandemi Covid-19

Kamis, 9 Maret 2023 | 16:15 WIB
Pers Release Film dokumenter UNDOCUMENTED Ungkap Nasib Pekerja Migran selama Pandemi Covid-19 (Istimewa)

Menurut Judha Nugraha, hal itu disebabkan perwakilan RI di Beijing tidak memiliki data tentang mereka, karena PMI yang tidak terevakuasi itu bekerja di Cina secara ilegal atau unprosedural. Simply, karena mereka tidak terdata. But its too late, ujar Judha Nugraha.

Baca Juga: Gus Yahya Akui Wali Kota Medan Punya Kredibilitas Tinggi dan Penakhluk Jawa, Bobby Nasution Siap Nyapres 2024?

Pekerja Migran Indonesia di luar negeri memang menjadi kelompok rentan saat Covid-19 melanda dunia. Lebih khusus lagi para PMI yang berstatus undocumented.

Kisah pekerja migran Indonesia saat wabah Covid-19 inilah yang diangkat dalam film dokumenter terbaru produksi Watchdoc Documenteray berjudul Undocumented.

Film ini mengangkat nasib para pekerja migran Indonesia di Malaysia. Film Undocumented menggambarkan bagaimana Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia terkurung di kongsi (bedeng tempat tinggal mereka selama bekerja di Malaysia) yang kelaparan karena tidak bisa bekerja dan tidak bisa membeli makanan akibat kebijakan Lockdown yang diberlakukan Kerajaan Malaysia.

Film berdurasi 1 jam 15 menit ini juga mengisahkan sejumlah pekerja migran yang meninggal akibat Virus Covid-19 dan harus dimakamkan di Malaysia dengan biaya sendiri.

Termasuk PMI yang terinfeksi virus Covid-19 dan harus menjalani isolasi mandiri dengan biaya sendiri. Biaya isolasi mandiri dan pemakaman itu bervariasi dari 1.000 hingga 1.800 (Rp. 3.413.000Rp. 6.143.000).

Baca Juga: Resep Sate Daging Shashlik untuk 3-4 porsi, Mudah Bikinnya, Cocok untuk Hidangan saat Teman Datang ke Rumah

Film Undocumented dilaunching tanggal 7 Maret 2020 dengan kegiatan nonton bareng di amphiteater Visinema Picture, Cilandak, Jakarta Selatan.

Acara nonton bareng ini dilanjutkan dengan diskusi yang menghadirkan Edy Purwanto (Sutradara film Undocumented), Dede Aminah (mantan pekerja migran), Hariyanto Suwarno (Ketua Umum Serikat Buruh Migran Indonesia/SBMI), Budiono (Koordinator Pelindungan Kawasan Amerika Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia/BP2MI) dan Ali Tsabit Kholidin (Sub Koordinator Bidang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Sebelum dan Setelah Bekerja, Direktorat Penempatan dan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia/P2PMI, Kementerian Tenaga Kerja RI).

Dalam diskusi Edy Purwanto menyebut proses pembuatan film berlangsung sekitar 6 bulan.

Dimulai dari riset tentang permasalahan pekerja migran Indonesia saat wabah Covid-19 dan dilanjutkan dengan pengambilan gambar di berbagai daerah di Indonesia seperti Lumajang (Jawa Timur), Klaten (Jawa Tengah), Pontianak (Kalimantan Barat), hingga Pos Lintas Batas Negara Aruk di Kabupaten Sambas (Kalimantan Barat).

Pengambilan gambar juga dilakukan di dua kota di Malaysia yakni Kuala Lumpur dan Kuching, Serawak.

Dede Aminah yang juga pernah bekerja sebagai pekerja migran di Malaysia membenarkan kisah yang digambarkan dalam film bahwa pekerja migran ilegal atau undocumented adalah kelompok pekerja migran yang paling rentan menghadapi berbagai masalah seperti kekerasan hingga tidak digaji.

Baca Juga: Lowongan Kerja Kota Medan untuk Lulusan D3, Staff Event dan Promotion, PT Centre Point Medan

Halaman:

Tags

Terkini