AYOMEDAN.ID – Hari Gajah Internasional pada 12 Agustus menjadi momen penting bagi perjalanan pelestarian Gajah Sumatra. Sosok seperti “Getar” dan “Codet” kini dapat menjelajahi alam Riau dengan lebih aman, berkat inovasi PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) membangun Underpass Perlintasan Gajah (UPG) di sejumlah Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Terobosan ini bukan sekadar solusi infrastruktur, melainkan bukti nyata komitmen menjaga harmonisasi pembangunan dengan konservasi satwa langka Indonesia.
Inovasi UPG yang dilakukan Hutama Karya memungkinkan mamalia endemik ini berpindah antarhabitat tanpa hambatan. Desain terowongan dirancang berbasis data perjalanan dan perilaku gajah, didukung teknologi GPS collar untuk memantau pergerakan, perilaku dan perilaku dan keberadaan gajah secara real-time melalui perangkat yang dipasang di leher Gajah. sehingga aktivitas gajah tetap alami dan populasi tetap lestari. Dengan demikian, kehadiran jalan tol tak lagi menjadi ancaman, melainkan justru memperkuat ekosistem dan keberlanjutan Gajah Sumatra di Riau.
Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim menjelaskan bahwa Hutama Karya menjadi pionir dalam aksi nyata perlindungan satwa dilindungi di tanah air dengan menyediakan enam UPG di Jalan Tol Pekanbaru – Dumai (Permai) sepanjang 131,5 km.
“Teknologi GPS collar yang kami pasang membantu memahami pola perjalanan gajah antara dua kantong habitat utama untuk tujuan perkawinan, sehingga desain terowongan dapat optimal. Data menunjukkan bahwa program konservasi tahun 2024 memberikan hasil nyata bagi kelestarian gajah Sumatera. Upaya ini menjadi contoh harmonisasi pembangunan dan pelestarian, menginspirasi proyek infrastruktur ramah lingkungan di masa depan,” terang Adjib.
Lebih lanjut Adjib menyampaikan bahwa teknologi GPS collar telah membantu mengidentifikasi pola migrasi gajah, di mana periode September hingga November merupakan masa paling aktif pergerakan gajah jantan. Berdasarkan informasi ini, Hutama Karya dapat mengatur jadwal perawatan terowongan dan meningkatkan kewaspadaan tim monitoring di lapangan.
Data GPS collar juga menunjukkan bahwa gajah-gajah jantan dari kantong Balai Raja rutin melakukan perjalanan ke kantong Giam Siak Kecil untuk mencari pasangan. “Perjalanan cinta ini mencakup jarak puluhan kilometer dan menjadi dasar pembangunan underpass di kilometer 12, 61, 69, 71, 73, dan 76. Terowongan ini memiliki tinggi 5,1 meter dan lebar hingga 45 meter, memfasilitasi pergerakan alami sekaligus melindungi keselamatan gajah,” imbuh Adjib.
Monitoring intensif selama lima tahun menunjukkan migrasi rutin antar kantong dengan pola yang dapat diprediksi. Sistem pembersihan terowongan dari genangan air hujan dilakukan secara berkala, dan pemasangan kamera trap di setiap underpass memberikan data akurat tentang perilaku dan frekuensi penggunaan oleh gajah.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau bersama Rimba Satwa Foundation (RSF) mengonfirmasi bahwa pergerakan ini merupakan perilaku alami yang penting untuk menjaga keragaman genetik populasi. “Gajah seperti Codet yang berusia 70 tahun dan Getar yang berusia 35 tahun adalah contoh nyata bagaimana satwa ini bergantung pada koridor aman untuk keberlangsungan hidup mereka,” kata Genman S. Hasibuan, Kepala BBKSDA Riau.
Sistem SMART Patrol memungkinkan monitoring real-time pertumbuhan vegetasi pakan dan pergerakan gajah menggunakan teknologi satelit dan artificial intelligence. Setiap gajah yang dipasangi GPS collar dapat dipantau lokasinya setiap 30 menit, memungkinkan tim lapangan melakukan mitigasi dini jika gajah mendekati area permukiman.
Sejak dilakukan implementasi program monitoring gajah, tingkat kecelakaan akibat konflik dengan satwa liar turun hingga nol persen. Sistem early warning yang terintegrasi memungkinkan Hutama Karya memberikan informasi real-time kepada pengguna Jalan Tol Permai melalui VMS (Variable Message Sign) dan aplikasi mobile.
“Keberhasilan program ini terukur melalui data lapangan yang komprehensif: tidak ada lagi insiden gajah menyeberang jalan tol secara berbahaya sejak optimalisasi underpass tahun 2023,” terang Adjib Populasi gajah di kantong Balai Raja dan Giam Siak Kecil terpantau stabil dengan indikasi reproduksi yang sehat. Tercatat tiga kelahiran anak gajah dalam dua tahun terakhir, menandakan kesuksesan program konservasi.
Pengembangan program konservasi akan diperluas dengan pembangunan nursery permanen untuk pembibitan tanaman pakan, pusat edukasi konservasi gajah, dan kemitraan riset dengan pemerhari gajah. Hutama Karya juga berencana menerapkan konsep serupa di proyek jalan tol lainnya yang melintasi habitat satwa dilindungi, termasuk Tol Sigli – Banda Aceh.