Artinya: Ya Allah, semoga Engkau beri keberkahan kepada kami dalam bulan Rajab, Sya'ban dan Ramadhan.
Pada bulan kemarin, kita sudah melewati bulan Rajab, bulan bercocok tanam, sekarang pada bulan Sya'ban ini adalah bulan merawat, menyirami tanaman sedangkan bulan Ramadhan besok adalah bulan memanen. Bagaimana kita bisa memanen dengan melakukan banyak ibadah-ibadah jika tidak kita mulai sejak kemarin dan kita rawat pada bulan Sya'ban sekarang ini.
Imam Dzun Nun al-Mishri mengatakan:
رَجَبٌ شَهْرُ الزَّرْعِ. وَشَعْبَانُ شَهْرُ السَّقْيِ. وَرَمَضَانُ شَهْرُ الْحَصَادِ. وَكُلٌّ يَحْصُدُ مَا زَرَعَ. فَمَنْ ضَيَّعَ الزِّرَاعَةَ نَدِمَ يَوْمَ الْحَصَادِ
Artinya: Rajab adalah bulan menanam, Sya'ban bulan menyiram, dan Ramadhan bulan memanen. Setiap orang akan memanen atas apa yang ia tanam. Barang siapa yang menyia-nyiakan tanaman akan merugi di waktu panen.
Baca Juga: TERUNGKAP! Alasan Richard Eliezer Tak Dipecat dari Polri, Ternyata Ini 9 Pertimbangan KKEP
Pada umumnya, orang akan bersungguh-sungguh memperhatikan bulan Rajab. Pantas saja, karena merupakan satu dari empat bulan mulia. Ramadhan merupakan raja di antara bulan yang lain. Dengan begitu, banyak orang yang menjadi bermalas-malasan di bulan Sya'ban. Padahal ini kurang tepat. Barang siapa bermalas-malasan di bulan Sya'ban ini, berarti ia tidak menyirami tanaman yang telah ditanam pada bulan Rajab kemarin. Ini bisa berakibat ibadah di bulan Ramadhan mendatang menjadi kurang bergairah, sebab tidak dirawat dengan baik.
Jamaah yang Mulia
Di antara hal penting yang kurang baik dilupakan di bulan Sya'ban adalah berpuasa. Dalam satu riwayat Hadits dari Sayyidah Aisyah, istri Rasulullah pernah bercerita sebagai berikut:
لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
Artinya: Nabi Muhammad tidak pernah melakukan puasa bulanan (selain Ramadhan) lebih banyak dari pada bulan Sya'ban. Sesungguhnya beliau puasa sebulan penuh. (Muttafaq alaih).
Pada riwayat lain, dalam Sunan an-Nasa'i, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah ditanya Usamah bin Zaid berikut ini:
يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya: Wahai rasul, saya tidak pernah melihat engkau berpuasa di antara bulan-bulan sebagaimana melakukan puasa pada bulan Sya'ban. Kemudian Rasulullah menjawab: Sya'ban itu merupakan bulan yang dilupakan banyak manusia antara bulan Rajab dan Ramadhan. Di bulan itu, amal-amal dilaporkan kepada Allah Tuhan semesta alam. Aku suka jika amalku dilaporkan sedang aku dalam keadaan berpuasa.