(Demikianlah Sabda Tuhan)
- Laus tibi Christe
(U. Terpujilah Kristus)
Renungan
Istilah "kebenaran sederhana" mungkin memberi kesan bahwa kebenaran cukup sederhana untuk segera dipahami. Itu mungkin terjadi dalam kebenaran logis, seperti pepatah "apa yang kita tabur adalah apa yang akan kita tuai". Ini jelas dan cukup sederhana sebagai kebenaran hidup.
Tetapi ada juga kebenaran sederhana lainnya yang memerlukan refleksi untuk memahami apa kebenaran itu. Karena apa yang awalnya tampak bodoh dari sudut pandang manusia bisa jadi sebenarnya memiliki benih-benih hikmat ilahi.
Seperti yang dikatakan Santo Paulus dalam bacaan pertama, penyaliban Kristus tidak dapat diungkapkan dalam istilah filsafat karena bahasa salib tidak logis dari sudut pandang manusia.
Orang-orang Yahudi menuntut mukjizat dan orang Yunani mencari hikmat, dan karenanya Kristus yang disalibkan tidak masuk akal bagi mereka.
Namun, kebodohan salib adalah kekuatan dan hikmat Tuhan, karena kebodohan Tuhan lebih bijaksana daripada hikmat manusia, dan kelemahan Tuhan lebih kuat dari kekuatan manusia.
Tetapi untuk memahami hal ini, kita harus melihat salib dan Kristus yang disalibkan sebagai ekspresi tertinggi dari kasih Allah bagi kita.
Ketika kita memahami betapa Tuhan mengasihi kita, maka kita ingin menjadi seperti lampu minyak yang menyala yang bersinar melalui kegelapan kebodohan dalam mencari hikmat Tuhan.
Kemudian kita juga akan rela menjadi seperti minyak yang dipersembahkan untuk dibakar dan memberikan terang bagi orang lain. Dan itulah kebijaksanaan sejati.
Dalam bacaan Injil, dikisahkan ada sepuluh gadis, lima bijaksana dan lima lagi bodoh. Gadis-gadis yang bodoh tidak membawa persediaan minyak untuk pelitanya, sebagaimana dilakukan oleh gadis- gadis yang bijaksana itu.
Ketika pengantin pria terlambat datang, gadis-gadis yang bodoh tidak siap, karena sangkanya tidak datang pada saat tengah malam, sedangkan gais-gadis yang bijaksana
senantiasa siap dengan membawa pelitanya dan persediaan minyak; meski pun tengah malam.