ini-medan-bung

Cerita Rakyat, Sukmo Ilang, Raibnya Puluhan Kuli pada Masa Penjajahan Belanda

Kamis, 14 Juli 2022 | 14:16 WIB
Ilustrasi Buruh. (Foto: Dok IKA Unpam)

AYOMEDAN.ID--Cerita rakyat yang dilansir dari Dinas Kominfo Kota Medan ini mengisahkan hilangnya kuli kontrak pada masa penjajahan Belanda. Kisah ini masih menjadi misteri.

Seperti apa kisahnya, simak ceirta rakyat Sukmo Ilang yang diceritakan kembai oleh Nasib TS.

Baca Juga: Perbaikan Sumur Bor, Pelanggan PDAM Tirtanadi di Jalan Tirto Alami Gangguan

Sebuah hikayat dari Dusun Sukmo Desa Kolam Kecamatan Percutseituan Kabupaten Deliserdang, lima kilometer sebelah Timur Kota Medan.  Mandor Sukmo bersama puluhan kuli kontrak anak buahnya raib saat bekerja. Cerita itu menjadi misteri yang tak terungkap sejak zaman Belanda hingga sekarang.

Gerimis turun ketika  Colt Diesel yang penuh muatan daun nipah dari Bagan Percut melintasi jalan gelap perkebunan Desa Kolam, pada suatu malam tahun 1990. Sujono sang pengemudi, ditemani anaknya Sudarno dan Marno, kenek, akan mengantar daun nipah itu ke daerah Percutseituan. Namun melintasi jembatan pohon kelapa, roda belakang truk yang dikemudikan pria 68 tahun itu terjepit di antara batang kelapa yang amblas sehingga truk tak dapat bergerak dan mesin mati total. Sudah berulang kali truk didorong namun sia-sia. “Hampir tiga jam kami di jembatan itu namun usaha yang kami lakukan gagal,” ujarnya.

Di tengah keputusasaan, Sujono keluar kabin kemudian berdiri di sisi truk sambil memandangi hamparan kebun tembakau di sekitarnya. Ia baru sadar, lokasi  truk mogok adalah kawasan Sukmo Ilang, sebuah kawasan yang dulu dianggap angker . Di kawasan itulah Mandor Sukmo bersama sekitar 40 kuli kontrak raib tanpa jejak saat sedang bekerja di ladang.

Seperti ada yang membisikkan, saat itu Sujono menyebut kalimat dalam bahasa Jawa:

Kaki Sukmo, kadang Sukmo tulungono kulo. Gangsarke lampah kulo. Kulo ora ganggu sambang, sambang ojo ganggu kulo…

Setelah mengucapkan kalimat yang kira-kira artinya “permohonan pertolongan dan jangan dijahili” itu, Sujono kembali masuk kabin dan menstater mesin. “Ajaib, mesin hidup dan roda truk terangkat begitu ringan terasa ada keguatan luar biasa yang mendorong. Kami pun berhasil melanjutkan perjalanan,” kenangnya.

Belum ada yang mengungkap, misteri raibnya secara gaib kuli kontrak satu mandoran di daerah Sukmo Ilang Desa Kolam. Cerita yang beredar di tengah masyarakat pun beragam menyangkut jumlah dan latar belakang raibnya Mandor Sukmo dan anak buahnya. Ada yang menyebut jumlah mereka ratusan dan versi lainnya menyebut sekitar 40 an saja. Inilah kisahnya…

Baca Juga: Cara Menggunakan Google Translate Tanpa Internet, Bisa untuk Menerjemahkan Kata atau Kalimat

Tekanan Penjajah

Salah satu versi cerita menyebut, raibnya Sukmo dan anak buahnya karena motif sengaja sebagai bentuk perlawanan terhadap kerja paksa yang diterapkan penjajah. Para kuli kontrak dari Jawa itu tidak tahan tekanan para penjajah. Diriwayatkan, sejarah perkebunan di Sumatera merupakan warisan perkebunan zaman penjajahan Belanda yang diwarnai kisah penindasan paling kejam di zaman kolonial. Kekejaman penjajah ditandai persekongkolan kekuasaan dengan tuan-tuan kebun yang dirintis oleh tuan Jacobus Nienhuys: seorang Belanda yang sebelumnya sudah menjarah tanah-tanah di Jawa-Timur untuk perkebunan tembakau di bawah bendera kongsi Van den Arend yang berkantor pusat di Surabaya.

Baca Juga: Tingkatkan Ekonomi Daerah, Pemko Medan Gelar Pelatihan Pembuatan Sepatu

Halaman:

Tags

Terkini

Menko Polkam dan PWI Sepakat Jalin Kerja Sama Literasi

Sabtu, 22 November 2025 | 11:01 WIB

Jaksa Agung Ajak Sinergi PWI Pusat

Kamis, 13 November 2025 | 17:36 WIB

PWI Sampaikan Maaf Usai Website Diretas

Rabu, 15 Oktober 2025 | 18:57 WIB

PWI Pusat Cabut Pembekuan PWI Jawa Barat

Jumat, 8 Agustus 2025 | 10:53 WIB

PWI Jabar Tegaskan Tetap Solid Dukung KLB

Sabtu, 12 April 2025 | 22:19 WIB