AYOMEDAN.ID—Kasus Ferdy Sambo mendapat banyak komentar dari para pengamat. Salah satunya pengamat Politik Indonesia Refly Harun.
Refly Harun sendiri telah mengamati perjalanan kasus Ferdy Sambo hingga kini, termasuk sejumlah spekulasi di dalamnya.
Dari mulai keterangan awal, hasil rekkonstruksi, hingga motif pembunuhan Brigadir J yang belum terungkap hingga kini, tak lepas dari pengamatan Refly Harun.
Baca Juga: Profil Azyumardi Azra Seorang Cendikiawan Muslim serta Ketua Dewan Pers
Melansir dari www.pikiran-rakyat.com Ahli Hukum Tata Negara dan Pengamat Politik Indonesia, Refly Harun menilai bahwa pengakuan Bripka RR menegaskan kebohongan yang dilakukan oleh Ferdy Sambo.
“Kalau kita bicara tentang otak pembunuhan Brigadir Yosua, maka permainan sudah selesai. Tapi yang belum selesai adalah motif, mengapa Sambo harus mengakhiri hidup Yosua,” kata Refly.
Dalam skenario Ferdy Sambo sebelumnya, mantan Kadiv Propam itu mengaku bahwa peristiwa yang menewaskan Brigadir J adalah tembak-menembak lantaran sang istri, Putri Candrawathi diduga mengalami pelecehan.
Baca Juga: Binsis Rental Mobilnya Ditipu, Jessica Iskandar Sampai Tak Punya Uang dan Jual Rumah
Kemudian, spekulasi lain kembali mencuat yakni adanya hubungan istimewa antara Ferdy Sambo dengan Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J, lantaran RT menemukan foto keduanya terpampang di kamar milik mantan Kadiv Propam tersebut.
Setelah mencuatnya berbagai spekulasi, muncul locus delicti yang berpindah dari sebelumnya di Duren Tiga ke Magelang.
Menurut skenario yang terjadi di Malang, Putri Candrawathi mengatakan bahwa Brigadir J telah melakukan pelecehan terhadap dirinya.
Baca Juga: Pemuda Asal Madiun Bantu Hacker Bjorka, Ibunda Ungkap Kesehariannya
Keterangan yang diberikan oleh Putri Candrawathi diperkuat dengan keterangan dari para saksi, termasuk Kuat Ma’ruf dan Ferdy Sambo.
Sempat berada dalam kubu Sambo, Bripka RR akhirnya mengubah keterangannya yang mengaku tidak melihat Putri Candrawathi menangis saat di Magelang.
Dia mengatakan bahwa yang dilihatnya menangis pada saat itu adalah asisten rumah tangga keluarga Sambo, Susi.