Orang-orang yang saling berteman atas dasar takwa, mereka ini saling berwasiat dan saling tolong-menolong dalam setiap hal yang diridhai oleh Allah. Mereka berkumpul dan berpisah dalam ketaatan karena Allah. Mereka tidak saling menipu dan mengkhianati. Mereka disatukan oleh kecintaan kepada Allah. Masing-masing mencintai temannya karena mengharap ridha Allah. Mereka saling mencintai semata-mata karena Allah, bukan karena hal-hal yang sifatnya duniawi.
Salah satu bukti seseorang mencintai temannya karena Allah adalah apabila temannya berbuat maksiat, maka ia menegur dan melarangnya. Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan ‘Abd bin Humaid dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma bahwa ia bertanya kepada Rasulullah shallallau ‘alaihi wa sallam: “Siapakah teman-teman kita yang terbaik?” Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
مَنْ ذَكَّرَكُمْ بِاللهِ رُؤْيَتُهُ، وَزَادَكُمْ فِيْ عِلْمِكُمْ مَنْطِقُهُ، وَذَكَّرَكُمْ بِالآخِرَةِ عَمَلُهُ
Maknanya: “Teman yang paling baik adalah teman yang dengan melihatnya, mengingatkan kalian kepada Allah, ucapannya menambahkan ilmu bagi kalian, dan perbuatannya mengingatkan kalian akan akhirat.”
Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat Singkat: Bagaimana Seharusnya Menutup Bulan Muharram?
Dari golongan seperti itulah, hendaknya kita memilih seorang sahabat. Fakta menunjukkan bahwa bergaul dengan orang-orang yang taat akan mendorong dan memotivasi kita untuk terus menambah ketaatan, dan berteman dengan para pelaku dosa seringkali menjerumuskan seseorang ke dalam dosa dan maksiat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ (رواه أحمد في مسنده)
Maknanya: “Seseorang akan mengikuti perilaku orang yang sering bergaul dengannya, maka hendaknya setiap orang dari kalian memperhatikan dengan siapa ia bergaul” (HR Ahmad dalam Musnad-nya).
Orang-orang Arab biasa mengatakan:
الصَّاحِبُ سَاحِبٌ
“Seorang teman itu dapat menuntun ke jalan yang benar atau menjerumuskan ke jurang kemungkaran”
Kaum Muslimin yang berbahagia,
Pada umumnya, seseorang akan meniru dan menyerupai sifat-sifat dan karakter orang yang senantiasa bersamanya. Bergaul dengan orang-orang yang lalai dari kewajiban, biasanya akan menjadikan seseorang tidak mengindahkan apa yang Allah wajibkan kepadanya. Imam Malik rahimahullah berkata:
لَا تَصْحَبْ فَاجِرًا لِئَلَّا تَتَعَلَّمَ مِنْ فُجُوْرِهِ
“Janganlah bergaul dengan orang yang fasik agar engkau tidak belajar dari kefasikannya!”
Ibnu Rusyd mengatakan:
Artikel Terkait
4 Keutamaan Sholat Dhuha yang Harus Diketahui, Salah Satunya Dicukupkan Keperluannya
9 Amalan Sunnah di Hari Jumat Berdasarkan Hadits, Salah Satunya Potong Kuku dan Kumis
Asal Muasal Hari Jumat serta Peristiwa Penting yang Terjadi Padanya
Catat! Ini Waktu Mustajab untuk Berdoa di Hari Jumat
Teks Khutbah Jumat: Pentingnya Sifat Malu
Kapan Mulai Mengajarkan Sholat pada Anak? Simak Penjelasannya
Naskah Khutbah Jumat Singkat: Bagaimana Seharusnya Menutup Bulan Muharram?
Teks Khutbah Jumat Muharram: Meneladani Ikhtiar dan Kepasrahan Nabi Musa
Ini Janji Kapolri jika Konsorsium 303 Kaisar Sambo Terbukti
Tips Belanja Hemat Kebutuhan Pokok Tanpa Terpengaruh Kenaikan Harga
Kaget dengan Harga Makanan di Bali, Wanita Bule Ini Curhat di Medsos
Harga Telur Ayam Semakin Mahal? Ini 11 Sumber Protein yang Lebih Murah
Di Depan Komisi III DPR RI Kapolri Minta Maaf dan Berjanji Usut Kasus Ferdy Sambo Tanpa Pandang Bulu
Farel Prayoga Kembali jadi Sorotan Usai Ambil Uang saat Nyanyi, Netizen Bilang Begini
Lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet yang Dinyanyikan Farel Prayoga Tuai Protes Ulama, Kini Liriknya Diganti