وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Artinya: Sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang rasul (yang mengajak) sembahlah Allah dan tinggalkanlah thaghut. (QS. An-Nahl: 36).
Secara bahasa, thaghut berakar kata dari thaghâ yang bermakna melampaui batas. Dalam Tafsir al-Quran al-Azim, Ibnu Katsir menafsirkan thaghut sebagai menyembah sesuatu selain Allah. Menurut pakar tafsir Al-Qur'an Prof Quraish Shihab, thaghut mengacu pada segala macam kebatilan, baik dalam bentuk berhala, ide-ide yang sesat, manusia durhaka, atau siapa pun yang mengajak pada kesesatan. Ketika membahas surat An-Nahl ayat 36 itu, ia mengartikan thaghut sebagai "tiran yang merusak".
Hampir semua ulama tafsir sepakat bahwa thaghut identik dengan tindakan di luar batas sebagai bentuk kedurhakaan kepada Allah. Thaghut adalah berhala-berhala yang tak hanya bisa berbentuk patung, tapi juga kondisi-kondisi yang menjauhkan manusia dari ketundukkan hanya kepada Allah. Dalam sejarah, para rasul diutus juga untuk membebaskan umatnya dari belenggu itu semua, dan mewujudkan umat yang merdeka dalam ketaatan kepada Allah SWT.
Baca Juga: Duplikat Bendera Pusaka dan Naskah Proklamasi Diarak Menuju Monas usai Upacara Penurunan Bendera
Jamaah Jumat Hafidhakumullâh.
Nabi Ibrahim saat diutus oleh Allah mendapati masyarakatnya berkubang dalam keimanan yang rusak. Patung-patung berhala dipertuhankan, termasuk oleh ayahandanya sendiri. Dengan strategi yang matang, Nabi Ibrahim pun berjuang menyadarkan mereka bahwa berhala tak memiliki kekuatan apa-apa. Memuliakannya atau bahkan menganggapnya sebagai Tuhan merupakan kesesatan yang nyata.
Tugas Nabi Ibrahim makin berat ketika kesesatan tersebut ditopang kekuasaan zalim Raja Namrud. Ia mesti mengatasi dua persoalan sekaligus, yakni membebaskan umat dari berhala sekaligus memerdekakan mereka dari tiran yang merusak Namrud. Allah menolong Nabi Ibrahim, termasuk ketika beliau dibakar oleh rezim sewenang-wenang tersebut.
Perjuangan yang mirip juga dialami oleh Nabi Musa. Bahkan, ia tak hanya menghadapi orang yang menyembah selain Allah, melainkan raja yang mengaku sebagai Allah itu sendiri. Fir'aun dengan segenap kesombonganya mengaku diri sebagai Tuhan dan berupaya melenyapkan semua orang yang menentangnya. Umat Nabi Musa pun berada dalam penindasan yang parah, baik secara jasmani maupun rohani. Nabi Musa hadir untuk menaklukkan penindasan ini dan mengajak umat untuk kembali ke jalan Allah secara merdeka.
Hadirin Rahimakumullah.
Apa yang dialami Rasulullah Muhammad SAW sesungguhnya juga tak jauh dari jejak para nabi pendahulunya. Seruan masuk Islam Nabi Muhammad bersamaan dengan kebejatan moral yang akut di tanah Arab, fanatisme suku-suku hingga sering terjadi peperangan, paganisme, penghinaan atas martabat kaum perempuan, dan lain sebagainya.
Risalah baginda Nabi Muhammad SAW hadir untuk memerdekakan umat yang sedang dalam kegelapan tersebut menuju jalan cahaya yang diridhai Allah (minadh dhulumâti ilân nûr). Melalui ajaran tauhid, Nabi Muhammad menghapus semua klaim paling mulia dan berkuasa selain Allah SWT. Nabi Muhammad SAW membawa kepada arah masyarakat yang setara, dan mengingatkan bahwa kemuliaan diukur dengan tingkat ketakwaan (inna akramakum 'inda-Llâhi atqâkum), bukan dengan hirarki perbedaan suku, strata ekonomi, jenis kelamin, atau identitas sosial lainnya.
Dengan fakta ini, tak berlebihan jika kita menyebut perjuangan Rasulullah Muhammad SAW sebagai perjuangan kemerdekaan yang luar biasa. Sebuah ikhtiar sungguh-sungguh membebaskan masyarakat dari dan kemerosotan moral dan sistem masyarakat yang menindas saat itu. Revolusi yang dilakukan Nabi mencakup aspek spiritual dan material sehingga menciptakan peradaban yang lebih manusiawi. Rasulullah bukan hanya mengajak manusia untuk tunduk dan menghamba kepada Allah, tapi juga melaksanakan konsekuensi dari ajaran tauhid ini, yakni bersikap kepada seluruh makhluk Allah--termasuk manusia--dengan penuh kasih sayang.
Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat Agustus: Kemerdekaan Kuatkan Keamanan dan Keimanan
Sikap ini selaras dengan misi utama diutusnya Baginda Nabi Muhammad SAW:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya: Dan tiadalah Kami mengutusmu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya’: 107)
Artikel Terkait
Naskah Khutbah Jumat Singkat Jelang 17 Agustus: Ikhtiar Umat Islam Mengisi Kemerdekaan RI
Teks Khutbah Jumat Muharram: Memaknai Hakikat Hijrah
Naskah Khutbah Jumat Singkat tentang Kemerdekaan Indonesia
Naskah Khutbah Jumat Agustus: Kemerdekaan Kuatkan Keamanan dan Keimanan
Simak Arti Lagu yang Dinyanyikan Farel Prayoga Ojo Dibandingke
Setelah Periksa Rumah Dinas Ferdy Sambo, Komnas Ham: Indikasi Obstruction of Justice Semakin Menguat
Sejumlah Klub Sepak Bola Dunia Turut Ucapkan Selamat HUT RI ke-77, Diantaranya Liverpool dan Manchester City
FIFA Rilis Logo Piala Dunia U-20 Bertepatan dengan HUT RI ke-77, Begini Penampakannya
HUT Kemerdekaan RI, Bobby Nasution Suarakan Kolaborasi
Meriahkan HUT Kemerdekaan RI, Pemko Medan Gelar Lomba Mobil Damkar Hias
Bobby Nasution Terus Menjaga Kerukunan dan Kondusifitas Kota Medan
Edy Rahmayadi Jadikan Momen HUT RI untuk Mengisi Pembangunan
Renungan Suci HUT RI, Edy Rahmayadi Doakan Para Pejuang Kemerdekaan
Teks MC Tasyakuran 17 Agustus, Lengkap dengan Susunan Acaranya
Momen HUT Kemerdekaan RI, Pemuda di Medan Malah Tawuran
Anggaran Subsidi Terus Membengkak, Legislator Minta Pemerintah Melakukan Pengawasan
Duplikat Bendera Pusaka dan Naskah Proklamasi Diarak Menuju Monas usai Upacara Penurunan Bendera
Farel Prayoga Gagal Nyanyikan Lagu 'Joko Tingkir Ngombe Dawet' di Hadapan Jokowi, Diduga Ini Penyebabnya
Lirik Lagu Ojo Dibandingke dengan Artinya yang Dinyanyikan Farel Prayoga di Istana Negara saat Upacara HUT RI
Prakiraan Cuaca Medan Kamis 18 Agustus 2022, Siang hingga Sore Hujan Ringan
Teks Khutbah Jumat Singkat dengan Judul Makna Penting Peringatan Kemerdekaan dan Muharram
Polisi Temukan Ladang Ganja di Aceh Seluas 25 Hektar