Beberapa kali ia merapikan seragamnya agar tidak terlihat kusut. Tentara sudah mulai masuk dan menguasai lantai satu rumah. Tembakan pun dilepaskan.
Istri dan anak DI Pandjaitan yang juga berada di lantai 2 semakin ketakutan.
Pandjaitan kemudian turun ke lantai 1 yang dikuasai oleh para tentara dengan langkah perlahan. Pasukan tentara yang mengepung rumah Pandjaitan disebut berasal dari satuan Cakrabirawa, pasukan khusus pengawal Presiden Soekarno.
Baca Juga: Link Download Film G30S PKI Full Movie Bukan di LK21 dan IndoXXI Tanpa Sensor
Saat D.I Pandjaitan sudah berada di hadapan pasukan Cakrabirawa, ia diminta untuk naik ke truk yang telah disiapkan.
Trus tersebut disebunya akan mengantar Pandjaitan menuju istana menghadap Presiden Soekarno. Mereka beralasan, negara dalam keadaan darurat.
Pandjaitan pun menyempatkan diri untuk berdoa. Hal ini memancing kemarahan para tentara.
Salah satu diantara mereka memukulkan popor senjata, namun berhasil ditepis oleh D.I Pandjaitan.
Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat itu ditembak. DI Pandjaitan pun tewas.
Jenazah Pandjaitan kemudian dimasukkan dalam truk dan dibawa pergi. Darah dari pria kelahiran Balige, Sumatera Utara itu berceceran di teras rumah.
Penembakan itu disaksikan oleh putri sulungnya, Catherine. Setelah gerombolan tentara pergi, ia mendatangi tempat ayahnya ditembak.
Catherine memegang darah ayahnya dengan penuh haru dan mengusapkannya ke wajah. Itulah salah satu adegan dalam film Penumpasan Pengkhiatan G30S PKI. Bagian kedua film mengisahkan tentang penumpasan pemberontakan.
Tak hanya scene penculikan D.I Pandjaitan, adegan lain yang tak kalah sadis ditampilkan dalam film ini.
Salah satu yang paling diingat penonton, ketika seorang anggota Gerwani mengiriskan silet kepada salah saorang korban yang diculik.
Ucapan Gerwani itu sangat terngiang hingga sekarang, yaitu "Darah itu merah Jenderal".