Kedua, karena setiap manusia pada dasarnya punya sifat pesimis dengan kadar yang berbeda-beda. Jika sifat pesimis ini selalu dihubungkan dengan cerita nenek moyang dan cerita-cerita sial yang terjadi, maka pemilik sifat pesimis ini akan berburuk sangka terhadap sosok, tempat, atau waktu tertentu sebagai pembawa sial. Rasul Muhammad saw bersabda:
ثَلَاثٌ لَايَنْجُوْ مِنْهُنَّ أَحَدٌ: اَلظَّنُّ وَالطِّيَرَةُ وَالْحَسَدُ. (رواه إبن أبى الدنيا)
“Tiga perkara, tidak seorangpun yang selamat dari ketiganya; yaitu prasangka, pesimisme, dan hasad.” (HR. Ibnu Abi Dunya).
Jamaah shalat Jum’at hafidhakumullah…
Islam tidak mengenal hari, bulan, atau tahun sial. Sebagaimana seluruh keberadaan di alam raya ini, waktu adalah makhluk Allah. Waktu tidak bisa berdiri sendiri. Ia berada dalam kekuasaan dan kendali penuh Rabb-nya. Setiap umat Islam wajib berkeyakinan bahwa pengaruh baik maupun buruk tidak ada tanpa seizin Allah.
Rasulullah saw sendiri menampik anggapan negatif masyarakat jahiliah tentang bulan Shafar dengan sejumlah praktik positif. Habib Abu Bakar al-‘Adni dalam Mandhumah Syarh al-Atsar fî Ma Warada ‘an Syahri Shafar memaparkan bahwa beberapa peristiwa penting yang dialami Nabi terjadi pada bulan Safar, di antaranya pernikahan beliau dengan Sayyidah Khadijah, menikahkah putrinya Sayyidah Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib, hingga mulai berhijrah dari Makkah ke Madinah.
Artinya, Rasulullah membantah keyakinan masyarakat jahiliah bukan hanya dengan argumentasi tapi juga pembuktian bagi diri beliau sendiri. Dengan melaksanakan hal-hal sakral dan penting di bulan Safar, Nabi seolah berpesan bahwa bulan Safar tidak berbeda dari bulan-bulan lainnya.
Kita harus menghilangkan keyakinan akan adanya bulan, tempat, benda dan sosok pembawa sial. Keyakinan seperti ini akan merusak kehidupan individu dan masyarakat. Diantara langkah untuk menerapi diri dari penyakit ini adalah:
Baca Juga: 2 Doa Bulan Safar Lengkap Arab Latin dan Artinya beserta Peristiwa Pentingnya
Berpikir posistif, berpikir negatif tentang bulan Shafar akan mendapatkan sesuatu yang negatif pula. Sebaliknya, jika berpikir positif, maka kita akan mendapatkan sesuatu yang positif. Karena Allah akan menakdirkan untuk kita sesuai dengan apa yang menjadi keyakinann dan anggapan kita. Dalam sebuah hadits qudtsi Allah berfirman:
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِ بِى, إِنْ ظَنَّ بِى خَيْرًا فَلَهُ وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ. (رواه أحمد)
“Aku tergantung prasangka hamba-Ku. Jika ia berprasangka baik kepada-Ku, maka baik pula yang akan terjadi padanya. Jika ia berprasangka buruk kepada-Ku, maka buruk juga yang terjadi padanya.” (HR. Ahmad)
Tawakkal, anggapan sial terhadap bulan Shafar dapat kita tangkal dengan tawakkal kepada Allah. Rasul Muhammad saw bersabda:
اَلطِّيَرَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَمَا مِنَّا إِلَّا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ. (رواه الترميذي)
“Keyakinan sial termasuk kesyirikan, tidak ada seorangpun di antara kita melainkan terjangkit penyakit ini. Akan tetapi sungguh Allah menghilangkannya dengan tawakkal.” (HR. at-Tirmidzi)