Sebagaimana kita ketahui bersama, kita, umat Islam sekarang sudah berada di bulan Sya'ban. Artinya, tidak lama lagi kita akan menyambut bulan Ramadhan 1444 Hijriyah. Sebelum kita menjalankan puasa Ramadhan dan memenuhi segala keistimewaan di bulan yang penuh dengan keberkahan tersebut, marilah kita bersama-sama tidak menyia-nyiakan bulan Sya'ban ini. Kita perlu memanfaatkannya dengan cara meningkatkan berbagai amal kebaikan sebagaimana tuntunan syariah Islam.
Hadirin jamaah yang dirahmati Allah.
Kita sebagai umat Islam tentu harus berbangga karena Nabi Muhammad saw telah banyak memberikan teladan pada umatnya dalam menjalankan ibadah mendekatkan diri kepada Allah swt. Termasuk cara memanfaatkan bulan Sya'ban ini. Salah satu riwayat yang masyhur diceritakan Sayyidah Aisyah radliyallahu ‘anha, bahwa Nabi Muhammad saw mengisi bulan Sya'ban dengan memperbanyak berpuasa:
مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ. أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Artinya: “Tidaklah aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali Ramadhan dan aku tidak melihat beliau berpuasa sebanyak pada bulan Sya’ban” (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
Baca Juga: Teks Khutbah Jumat NU Online Berjudul Mengingat Kematian Jelang Ramadhan
Dalam riwayat lain, Al-Bukhari dan Muslim misalnya, menjelaskan bahwa Rasulullah saw berpuasa di sebagian besar bulan Sya'ban. Bahkan kadang Nabi Muhammad saw berpuasa selama satu bulan penuh di bulan Sya'ban. Itu artinya betapa mulianya bulan Sya'ban sampai-sampai Rasulullah betul-betul memperhatikan bulan tersebut.
Hadirin jamaah yang dirahmati Allah
Rasulullah saw memberi penjelasan tentang alasan dirinya memperbanyak berpuasa di bulan Sya'ban. Sahabat Usamah bin Zaid radliyallahu ‘anhu bercerita bahwa tak sedikit manusia lupa atau melupakan bulan Sya'ban. Padahal ada peristiwa sangat penting di dalamnya, yakni amal perbuatan manusia selama setahun akan diangkat dan dilaporkan kepada Allah swt, tuhan semesta alam. Umat manusia tentu merugi tatkala amal tersebut diangkat dalam keadaan tidak melakukan kebaikan-kebaikan.
قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ، قَالَ: ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ. أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَالنَّسَائِيُّ وَالْبَيْهَقِيُّ
Usamah bin Zain bertanya: Wahai Rasulullah, aku tidak melihatmu berpuasa sebanyak pada bulan Sya’ban. Nabi bersabda: “Sya’ban adalah bulan yang dilalaikan oleh manusia, yang jatuh antara Rajab dan Ramadhan. Sya’ban juga bulan diangkatnya amal perbuatan secara umum (yang dilakukan selama setahun) ke suatu tempat di langit yang dimuliakan oleh Allah Sang Pemilik alam semesta, dan aku senang jika amal perbuatanku diangkat sedangkan aku dalam keadaan berpuasa” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi)
Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat NU Online Berjudul Dua Persiapan Menyambut Ramadhan
Rasulullah saw diketahui sangat suka berpuasa di bulan Sya'ban. Bahkan menurut riwayat yang disampaikan oleh Sayyidah Aisyah radliyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah pernah menyambung puasa di bulan Sya'ban dengan puasa Ramadhan.
كَانَ أَحَبَّ الشُّهُوْرِ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ يَصُوْمَهُ شَعْبَان ثُمَّ يَصِلَهُ بِرَمَضَانَ. أَخْرَجَهُ أحمدُ وأبو داودَ والنَّسَائِيُّ
Artinya: “Bulan yang paling disenangi Rasulullah untuk berpuasa sunnah di dalamnya adalah Sya’ban, kemudian beliau menyambungnya dengan puasa Ramadlan” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan An-Nasa’i)