Teks Khutbah Jumat Edisi Desember 2022 : Pentingnya Muhasabah Diri di Tengah Musibah Bencana Alam

photo author
- Kamis, 1 Desember 2022 | 15:44 WIB
Teks Khutbah Jumat Edisi Desember 2022 : Pentingnya Muhasabah Diri di Tengah Musibah Bencana Alam (UNSPLASH/Alena Darmel)
Teks Khutbah Jumat Edisi Desember 2022 : Pentingnya Muhasabah Diri di Tengah Musibah Bencana Alam (UNSPLASH/Alena Darmel)

Bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, dan gunung meletus adalah fenomena yang tidak bisa dikendalikan manusia. Ini bukti kelemahan manusia, dan seyogianya bencana alam menyadarkan mereka untuk kian merendah serendahnya di hadapan Allah SWT.

Bila bencana itu disadari akibat kesalahan manusia, maka seharusnya bencana alam berdampak pada perubahan sikap kita menjadi lebih baik. Muhasabah ini penting dilakukan baik oleh mereka yang menjadi korban maupun bukan korban.

Sayyidina Umar bin Khattab pernah berkutbah:

Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat Terbaru Edisi November 2022 : Menyikapi Musibah Gempa Cianjur

  حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا فَإِنَّهُ أَهْوَنَ لِحِسَابِكُمْ

Artinya: “Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab. Karena sesunguhnya hal itu akan meringankan hisabmu (di hari kiamat).”  

Pesan dari pidato Sayyidina Umar sangat jelas bahwa kita dianjurkan untuk mengevaluasi diri sendiri, bukan mengevaluasi orang lain.

Bagi korban, bencana adalah fase penting memeriksa dosa-dosa sendiri, tingkat penghambaan kepada Allah, pergaulan sosial, dan sikap terhadap lingkungan alam selama ini.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Terkini Berjudul Belajar dari Bencana Alam Umat Terdahulu

Bagi mereka yang bukan korban dan di luar lokasi bencana, hal ini adalah peringatan bagi diri sendiri untuk kian menjaga perilaku dan sifatnya baik kepada Allah, sesama manusia, dan juga alam sekitar.

Sangat disesalkan bila ada orang yang kebetulan tak menjadi korban menuding bahwa bencana alam yang menimpa saudara-saudaranya di lokasi tertentu merupakan azab atas dosa-dosanya. Apalagi jika tuduhan itu dikaitkan dengan kepentingan politik tertentu.

Sikap yang demikian tak hanya bertentangan dengan prinsip muhâsabatun nafsi (evaluasi diri sendiri, bukan orang lain), tapi juga dapat mendorong mudarat baru karena bisa menyinggung perasaan para korban dan menunjukkan tidak adanya empati kepada korban.

Terkait hal ini, Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkâr pernah membolehkan orang yang selamat dari bencana untuk mengucap syukur tapi sembari memberi catatan: harus dengan suara sangat pelan (sirr) agar tidak melukai perasaan mereka yang sedang mengalami penderitaan.

Baca Juga: Download Naskah Khutbah Jumat Format PDF, Tentang Rencana Allah Paling Indah

Jemaah sholat Jumat hafidhakumullâh, 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lilisnawati

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Rekomendasi Jaket Motor Untuk Sehari Hari

Kamis, 18 Mei 2023 | 11:55 WIB

Terpopuler

X