Pertama, meninggalnya paman Rasulullah SAW, Abu Thalib.
Pada usia 8 tahun semenjak kakeknya yaitu Abdul Muthalib meninggal dunia maka pengurusan Nabi Muhammad SAW pindah kepada pamannya yaitu Abu Thalib. Pamannya ini sangat disegani dan dihormati di kalangan Quraisy saat itu.
Baca Juga: Contoh Naskah Khutbah Jumat Terbaru NU Online Berjudul Hikmah di Balik Peristiwa Isra Miraj
Sejak kecil Muhammad sangat dekat dengan pamannya ini. Kemanapun pamannya pergi maka diajaklah Muhammad kecil ini. Sampai ketika masa kenabian Nabi tiba dan beliau melakukan dakwah di Mekkah, maka pamannya ini senantiasa mendukung semua aktivitas yang Muhammad lakukan. Seolah pamannya ini layaknya tameng, benteng bagi dakwah Nabi Muhammad SAW saat itu.
Ketika kaum Kafir Quraisy merasa terancam dengan dakwah nya Nabi dan berencana mencelakai maka Abu Thalib siap pasang badan melindungi keponakannya tersebut. Tapi ternyata perlakuan dan perlindungan spesial terhadap dakwah Nabi dari Abu Thalib tersebut berakhir sudah ketika akhirnya pamannya meninggal.
Kesedihan itu semakin mendalam karena di akhir hayatnya Abu Thalib ternyata tidak sempat mengucapkan "Laa ilaha illallaah..." walaupun Nabi senantiasa mencoba menuntun pamannya untuk mengucapkan lafadz tersebut.
Sampai-sampai Nabi berucap "Demi Allah, akan kumohonkan ampun untukmu selama aku tidak dilarang." Tapi karena kejadian tersebut Nabi ditegur oleh Allah SWT melalui surat At Taubah: 113 yang berbunyi "Tidak patut bagi seorang Nabi dan orang-orang yang beriman untuk memohonkan ampunan kepada orang-orang musyrik."
Baca Juga: Ingin Pindah Domisili atau KTP Rusak? Inilah 8 Syarat Cabut Berkas KTP Tanpa Ribet
Kemudian di lanjut dengan surat Al Qashash: 56 yang artinya:
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk."
Setelah pamannya meninggal maka semakin beranilah kaum kafir Quraisy kepada Nabi. Penolakan kepada dakwah Nabi mulai dilakukan secara terang-terangan. Puncaknya adalah merencanakan pembunuhan kepada Nabi.
Adapun ujian kedua, meninggalnya istri tercinta Siti Khadijah RA. Khadijah meninggalkan Nabi sedangkan dakwah belum selesai. Padahal waktu itu dakwah di Mekkah sedang sulit-sulitnya.
Nabi diibaratkan patah semangat. Biasanya ketika nabi dicela, di-bully bahkan dilempar kotoran. Hiburannya Nabi yang membuat Nabi kuat menghadapi itu semua adalah Khadijah. Sehingga ketika Nabi pulang ke rumahnya dalam keadaan lelah, sedih, kecewa maka Khadijah yang menyambutnya, menguatkannya lagi.
Baca Juga: Khutbah Jumat Edisi Bulan Rajab Bertema Kontektualisasi Nilai dalam Isra Miraj Nabi Muhammad SAW
Khadijah adalah orang pertama yang menerima dakwah Nabi ketika satu bumi ini menolak dakwah Nabi. Jika diperistiwa Hijrah, Rasulullah lah yang mengucapkan "La Tahzan, innallaha ma'ana..." kepada sahabat dekatnya Abu Bakar ra yang gelisah saat itu. Tapi jauh sebelum peristiwa hijrah tersebut, Khadijahlah yang selalu menguatkan nabi dengan perkataan tersebut.