Baca Juga: Siaran TV Analog Dihentikan Januari 2023? Begini Penjelasan KPI
Hadirin Rahimakumullah
Lalu apakah syukur itu? Syukur jelas bukanlah sekadar hamdalah yang diucapkan dengan sangat fashih. Tetapi ia lebih berupa pengakuan sungguh-sungguh bahwa semua rejeki dan anugerah yang menghadirkan perasaan nikmat dalam jiwa kita tidak didapat dengan usaha sendiri, melainkan berasal hanya dari Allah Subhanahu Wa Taala. Oleh karena itu, orang yang bersyukur akan terpatri dalam hatinya bahwa semua kenikmatan, pengetahuan, kemampuan, kekuasaan, dan harta yang dimiliki karena kehendak dan perbuatan Allah Subhanahu Wa Taala, bukan karena kehendak dan perbuatan usaha sendiri.
Dengan pengakuan ini maka orang yang bersyukur akan menempatkan Allah sebagai sumber kenikmatan yang didapatnya. Kemudian kita memahami bahwa Allah adalah sumber kebaikan yang diketahui dari nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Maka dari itu, orang yang bersyukur akan memanfaatkan semua pengetahuan, kemampuan, kekuasaan, harta dan segala kenikmatan lainnya untuk kebaikan.
Dengan berbuat kebaikan menggunakan rejeki dari Allah itu, orang yang bersyukur akan menciptakan kehidupan yang baik, kemakmuran masyarakat pun lahir, ketenteraman tercipta, stabilitas terpelihara dan peradaban yang maju pun akan menghampiri hidupnya dan bangsanya. Inilah yang dimaksud hikmah Allah yang diberikan kepada Luqman: dan barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri.
Baca Juga: Download Naskah Khutbah Jumat Menyentuh Hati Tentang Renungan Awal Tahun
Orang yang tidak bersyukur disebut Allah dengan kufur atau dijabarkan lagi oleh ulama dengan sebutan kufur ni'mah. Kata kufur juga berarti ingkar terhadap Allah. Orang yang ingkar disebut dengan kafir. Karena itu, orang yang tidak bersyukur berarti mengingkari bahwa pengetahuan, kemampuan, kekuasaan, harta dan segala kenikmatan lain yang diperolehnya berasal dari Allah. Dalam hatinya ia merasa bahwa nikmat yang didapatnya berasal dari usaha dirinya sendiri. Dengan ini maka orang yang tidak bersyukur disamakan Allah dengan orang yang ingkar terhadap Allah, atau disebut dengan orang kafir.
Hadirin yang Mulia
Di sini kita mengetahui bahwa ternyata sebutan kafir tidak hanya disematkan kepada orang yang bukan Islam yang ingkar terhadap Allah dan hari akhir serta tak beramal salih, tetapi juga dikenakan kepada orang muslim yang tidak bersyukur. Dengan demikian, rasa syukur mengandung unsur ketauhidan karena berhubungan dengan pengakuan akan kemahakuasaan Allah Subhanahu Wa Taala.
Rasa syukur juga mengandung unsur ajaran akhlak dalam Islam, sebab ia berhubungan dengan perbuatan baik yang dilakukan orang bersyukur, yang jika dilakukan akan mendatangkan kebaikan dan kenikmatan yang lebih banyak lagi dan sebaliknya jika nikmat dipergunakan untuk perbuatan buruk dan jahat akan mendatangkan keburukan dan kejahatan yang lebih besar lagi.
Inilah nampaknya makna yang terkandung dalam firman Allah:
Baca Juga: Kapan Ramadhan 2023 Dimulai? Ini Perkiraan Nisfu Syaban dan Awal Bulan Puasa 1444 Hijriah
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: Jika engkau bersyukur atas nikmat-nikmat-Ku maka akan Ku tambahkan nikmat-nikmat itu, tetapi jika engkau kufr (ingkar tidak mengakui bahwa itu semua dari-Ku) maka azab-Ku sangatlah pedih. (QS Ibrahim:7)
Mari kita budayakan kebiasaan untuk selalu bersyukur kepada Allah. Semoga kita semua digolongkan oleh Allah termasuk dalam golongan hamba-hamba-Nya yang shalih sebagai mana doa Nabi Sulaiman Alaihissalam di atas, amin ya rabbal alamin.