Artinya: Sesungguhnya orang yang paling dicintai Allah SWT pada hari kiamat dan paling ‘dekat’ tempat duduknya dari-Nya adalah seorang pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci Allah pada hari kiamat dan paling keras siksanya adalah seorang pemimpin yang lalim. (HR Ahmad)
Dalam hadits lain, Nabi Muhammad juga menegaskan tentang jaminan naungan Allah di hari kiamat kepada pemimpin yang adil:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ
Artinya: Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah di hari kiamat saat tidak ada naungan kecuali dari Allah, di antaranya diberikan kepada imam atau pemimpin yang adil... (HR Al-Bukhari)
Kebijaksanaan pemimpin dalam sejarah Islam dapat kita lihat salah satunya pada diri Umar bin Khattab yang rela berkeliling malam-malam untuk mencari warganya yang tidak bisa makan. Hingga akhirnya, menemukan sebuah gubuk yang di dalamnya ada seorang janda sedang memasak dan anaknya yang sedang manangis. Janda ini tidak tahu bahwa yang datang ke rumahnya adalah Khalifah Umar.
“Mengapa anakmu menangis?” tanya Umar. “Seharian dia belum makan, dan kini sedang menunggu masakan yang sedang aku masak,” jawab perempuan itu. Namun, alangkah terkejutnya ketika Umar melihat ternyata yang dimasak adalah kerikil batu. Janda ini memasak batu karena tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak, lantas untuk menghibur anaknya, ia memasak batu agar anaknya tertidur. Dengan nada sinis, perempuan ini berkata: “Sungguh aku menyesal memiliki pemimpin seperti Umar yang tidak peduli terhadap kesusahan warganya.”
Sontak Umar kaget mendengar ucapan itu. Secepat mungkin ia pergi ke lumbung makanan negara, mengambil sekarung gandum, dan memikul sendiri gandum itu ke rumah perempuan janda yang sedang kelaparan itu. Tidak berhenti sampai di situ, Khalifah Umar kemudian membantu memasak hingga masakannya matang dan dimakan oleh perempuan dan anaknya. Pertanyaannya, mengapa Umar bersusah payah mengangkat gandum sendiri hingga membantu memasak si janda itu? Karena ia sangat sadar bahwa dosa pemimpin yang tidak adil sangatlah besar dan dia sendirilah yang akan menanggungnya.
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰى ۗوَاِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ اِلٰى حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَّلَوْ كَانَ ذَا قُرْبٰىۗ اِنَّمَا تُنْذِرُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ ۗوَمَنْ تَزَكّٰى فَاِنَّمَا يَتَزَكّٰى لِنَفْسِهٖ ۗوَاِلَى اللّٰهِ الْمَصِيْرُ
Artinya: Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat engkau beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada (azab) Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka yang melaksanakan shalat. Dan barangsiapa menyucikan dirinya, sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah tempat kembali. (QS Fathir: 18).
Hadirin Rahimakumullah
Semoga kita semua mendapat kekuatan untuk mampu mengemban misi sebagai pemimpin di muka bumi ini dengan baik, amanah, dan adil, setidaknya dapat memimpin diri sendiri agar bisa selamat di dunia dan di akhirat kelak. Amin ya rabbal alamin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
Baca Juga: Download Khutbah Jumat Rabiul Awal Tema Maulid Nabi dalam Format PDF
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ