وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS Ad-Dzariyat: 56)
Upaya peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah dilakukan bisa dilakukan maksimal dengan memanfaatkan momentum-momentum istimewa yang ada di setiap waktu dalam perjalanan hidup kita. Di antaranya adalah dengan memanfaatkan waktu-waktu spesial dan penuh keberkahan seperti yang ada pada bulan Sya’ban ini yakni Nisfu Sya’ban.
Oleh karena itu, jamaah Jumat rahimakumullah,
Baca Juga: Deretan Harta Rafael Alun Trisambodo yang Tak Ada di LHKPN, Terungkap Miliki Saham di 6 Perusahan
Pada kesempatan khutbah kali ini, khatib mengajak kita semua untuk menjadikan Nisfu Sya’ban sebagai momentum peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah karena Nisfu Sya’ban adalah waktu yang istimewa. Keistimewaan ini banyak disebutkan dalam hadits Rasulullah saw di antaranya dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah:
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا يَوْمَهَا، فَإِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى السَّمَاء الدُّنْيَا، فَيَقُولُ: أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ، أَلَا مِنْ مُسْتَرْزِقٍ فَأَرْزُقَهُ، أَلَا مِنْ مُبْتَلَى فَأُعَافِيَهُ، أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطَّلِعَ الْفَجْرَ
Artinya: "Ketika malam Nisfu Sya'ban tiba, maka beribadahlah di malam harinya dan puasalah di siang harinya. Sebab, sungguh (rahmat) Allah turun ke langit dunia saat tenggelamnya matahari. Kemudian Dia berfirman, 'Ingatlah orang yang memohon ampunan kepada-Ku maka Aku ampuni, ingatlah orang yang meminta rezeki kepada-Ku maka Aku beri rezeki, ingatlah orang yang meminta kesehatan kepada-Ku maka Aku beri kesehatan, ingatlah begini, ingatlah begini, hingga fajar tiba.'”
Hadits ini menjadi contoh nyata dari Rasulullah saw bagi umat Islam untuk menguatkan hubungan dengan Allah melalui ibadah di malam dan siang hari pada Nisfu Sya’ban. Sebagai umatnya, tentu menjadi kewajiban untuk meneladani dan menjalankan segala sunah yang telah dilakukan oleh Nabi. Bukan hanya dari segi jumlah ibadah yang dilakukan, namun juga penting untuk menjaga kualitas dari ibadah yang dilakukan.
Untuk menjadikan ibadah kita berkualitas dan berkuantitas khususnya pada bulan Sya’ban ini, ada beberapa upaya yang bisa kita lakukan. Di antaranya adalah dengan meningkatkan kesadaran dan kecintaan terhadap Allah swt. Jika kita bisa tanamkan ini dalam hati kita, maka kita akan menyadari bahwa menjalankan amal ibadah bukanlah sekadar menggugurkan kewajiban. Namun lebih dari itu menjadi sebuah kebutuhan. Dengan rasa cinta ini, maka dalam menjalankan ibadah, kita bisa melakukannya dengan tulus dan ikhlas karena Allah. Hal ini selaras dengan sebuah ayat Al-Qur’an surat Al-An’am 162 dan 163:
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ. لَا شَرِيْكَ لَهٗۚ وَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ
Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Itulah yang diperintahkan kepadaku. Aku adalah orang yang pertama dalam kelompok orang muslim.”
Jamaah Jumat rahimakumullah
Nisfu Sya’ban juga bisa kita gunakan untuk memperdalam pemahaman dan pengetahuan tentang agama yang pada muaranya akan menghasilkan ibadah yang berkualitas. Selain mampu menjadikan ibadah berkualitas, dengan ilmu yang dihasilkan dari memperdalam pemahaman juga akan mengangkat derajat kita. Tentu akan berbeda kualitas ahli ibadah yang berilmu dengan ahli ibadah yang tak berilmu. Sampai-sampai Rasulullah menggambarkan bahwa orang yang suka mencari ilmu dibandingkan dengan yang ahli beribadah adalah seperti keutamaan bulan di malam purnama atas semua bintang-bintang lainnya.