Contoh atau model terbaik dalam hal itu tentu saja tidak lain adalah Nabi Muhammad SAW. Sosok manusia sempurna dengan keluhuran akhlaknya. Hal ini ditegaskan secara langsung oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Al-Qalam ayat 4.
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
Artinya, "Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur."
Baca Juga: Subsidi Motor Listrik Rp7 Juta, Merek Selis dan UNITED Cocok untuk Penggemar BLACKPINK, Ini Bedanya
Dalam kitab tafsir Al-Bahrul Muhith karya Imam Abi Hayyan al-Andalusi disebutkan bahwa kata 'adhim' pada ayat tersebut tidak lain karena kemuliaan akhlaknya. Bahkan, mengutip Sayyidah Aisyah ra dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah, akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur'an. Artinya, apa yang terkandung dalam Al-Qur'an sudah terimplementasi dalam laku Rasulullah SAW.
Sebagaimana diketahui bersama, Nabi Muhammad SAW menghadapi zaman jahiliah, suatu masa kegelapan karena etika, moral, adab, atau akhlak yang tak dihiraukan. Kehidupan berjalan dengan sangat buruk. Mulai dari perbudakan hingga pembunuhan anak perempuan yang dianggap biasa karena dianggap aib.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW menegaskan dirinya diutus sebagai Rasul bagi umat saat ini dalam rangka menyempurnakan akhlak mereka.
اِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
Artinya, "Aku diutus (sebagai Rasul) tidak lain hanya untuk menyempurnakan akhlak." Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT, Sebagai penyempurna, tentu sudah tidak diragukan lagi keluhuran akhlak Nabi Muhammad SAW.
Diceritakan bahwa, Nabi Muhammad SAW tak berhenti menyuapi seorang tua buta yang beragama Yahudi dan memaki-maki dirinya. Ketika seorang sahabat menggantikan perannya dan terasa perbedaannya, orang tua tersebut bertanya mengenai sosok yang biasa menyuapinya itu. Ketika dijawab bahwa sudah meninggal dan tahu bahwa orang tersebut adalah sosok yang kerap ia maki-maki, seketika ia masuk Islam.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT,
Sebagai penyempurna, tentu sudah tidak diragukan lagi keluhuran akhlak Nabi Muhammad SAW Diceritakan bahwa, Nabi Muhammad saw tak berhenti menyuapi seorang tua buta yang beragama Yahudi dan memaki-maki dirinya.
Ketika seorang sahabat menggantikan perannya dan terasa perbedaannya, orang tua tersebut bertanya mengenai sosok yang biasa menyuapinya itu.
Baca Juga: Jangan Sampai Ketinggalan Subsidi Motor Listrik Rp7.000.000, Ini Perbedaan Volta dan Selis
Artikel Terkait
Teks Naskah Khutbah Jumat Suara Muhammadiyah Berjudul Menyambut Datangnya Bulan Suci Ramadhan
Naskah Khutbah Jumat NU Online Berjudul Ikhtiar Agar Ramadhan Penuh Makna
Teks Naskah Khutbah Jumat NU Online Berjudul Mempersiapkan Ramadhan dengan 6 Hal
Naskah Khutbah Jumat NU Online Berjudul Salah Satu Terkabulnya Doa Dengan Memperbaiki Makanan
Teks Khutbah Jumat NU Online Berjudul Mari Sambut Ramadhan dengan Ilmu
Naskah Khutbah Jumat NU Online Bertajuk Akhlak Mulia di Bulan Ramadhan
Materi Khutbah Jumat NU Online Bertajuk Sambut Ramadhan dengan Makanan Halal
Naskah Khutbah Jumat Edisi Terbaru Suara Muhammadiyah Berjudul Sujud
Materi Khutbah Jumat Terbaru Suara Muhammadiyah Berjudul Kaya Sejati
Materi Khutbah Jumat Suara Muhammadiyah Berjudul Bersenang Senang dalam Pandangan Islam