AYOMEDAN.ID -- Kondisi Istana Maimun dan kehidupan kerabat Kesultanan Deli saat ini disebut-sebut memprihatinkan.
Kenestapaan ini ditambah berbagai aset milik Kesultanan Deli lepas satu persatu, mulai dari lahan tanah hingga aset kepemilikan bangunan.
Hal itu seperti diungkapkan Kepala Urusan Pertanahan Kesultanan Deli, Prof Dr OK Saidin SH Mhum Gelar Datuk Seri Amar Lela Cendikia.
Baca Juga: Antisipasi Genangan Air, Pemko Medan Normalisasi Drainase di Jalan Merak
"Nasib Kesutanan Deli kini terserah kepada kepada para kerabatnya saja. Artinya, negara tak pernah hadir untuk menyelamatkan Kesultanan Deli," kata OK Saidin, seperti dikutip Ayomedan.id dari Republika.co.id, Senin, 19 September 2022.
Menurur Saidin, salah satu contohnya adalah adanya kenyataan tanah-tanah Kesultanan Deli pada saat ini telah dikuasai berbagai perusahaan milik negara.
Ironisnya penguasaan berbagai aset Kesultanan Deli dilakukan tanpa memberikan ganti rugi atau kompensasi.
"Padahal amanat perundangannya sudah jelas, yakni UU No.86 tahun 1958 tentang nasionalisasi. Pada aturan hukum itu jelas dinyatakan bahwa harus ada ganti rugi. Dan ternyata sampai hari ini tidak ada ganti rugi. Bayangkan sudah beberapa puluh tahun aset itu dikuasasi?," ujarnya.
Maka, lanjut Saidin, menjadi sangat dimengerti bila kehidupan kerabat Kesultanan Deli kini terlantar. Padahal nenek moyangnya, yakni Sultan Deli, dahulu pada awal kemerdekaan menyerahkan wilayahnya untuk bergabung dengan Indonesia.
"Dalam sejarah tertulis jelas bahwa dalam rapat raja-raja se-Sumatra pada 22-25 Desember 1945 para raja se-Sumatra menyatakan bergabung bersama Republik Indonesia. Dan yang membacakan kesepakatan rapat itu adalah Sultan Deli. Jadi sedih kalau anak dan kerabatnya terlantar karena dahulu telah memberikan wilayah kekuasaanya kepada Indonesia."
Saidin mencontohkan mengenai situasi nasib para kerabat Sultan Deli yang tinggal di Istana Maimun di Medan tersebut.
Dilansir dari Republika.co.id, Istana dengan luas tanahnya mencapai 40.000 meter dan luas bangunan mencapai 20.000 meter, saat ini ditinggali sekitar 40 kepala keluarga.
Baca Juga: Rusak Parah, SD Negeri di Madina Sumut Satu Ruangan untuk Dua Kelas
Bahkan, karena kerabat terus bertambah dan lahan kian sempit, tanah-tanah di sekitar kiri dan kanan bangunan Istana Maimun itu sekarang mulai dipakai oleh keluarga sebagai tempat berjualan.
Di bagian belakang kini mulai dibuat rumah-rumah kecil untuk tempat tinggal. Mereka bertindak seperti itu demi bertahan hidup.
Artikel Terkait
Wagub Minta Ulama NU Terus Dampingi Umara di Sumut
Medan Bobby Nasution Ingatkan Bahaya Seks Bebas, Pernikahan Dini dan Napza Kepada Anak Muda Medan
Pemprov Sumut Wajibkan Setiap Desa Punya Perpustakaan
Rusak Parah, SD Negeri di Madina Sumut Satu Ruangan untuk Dua Kelas
Pemko Medan Subsidi Tarif Angkot, Warga Hanya Bayar Rp 5.000
Pemko Medan Luncurkan Aplikasi Pemandu Perjalanan Transportasi Umum
Edy Rahmayadi Berharap Kuliner Sumut Lebih Berkembang Lagi
Bobby Nasution Sukses Pukau Pengunjug dengan Pamerkan Produk UMKM Medan di Ibu Kota