AYOMEDAN.ID -- Gambia telah meluncurkan kampanye dari rumah ke rumah, mendesak untuk menghilangkan obat batuk dan pilek yang diduga menjadi penyebab kematian lebih dari 60 anak, akibat gagal ginjal di negara kecil Afrika Barat itu.
Berbicara kepada The Associated Press, Direktur Kesehatan Dr. Mustapha Bittaye mengkonfirmasi gelombang kematian anak akibat gagal ginjal akut, telah mengejutkan negara berpenduduk 2,4 juta orang itu, serta ke seluruh penjuru dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan sebagai tanggapan atas kematian tersebut.
Baca Juga: Niat Ingin Bangun Ruangan Baru di Halaman Belakang, Pria Ini Temukan Fosil Dinosaurus di Rumahnya
“WHO telah mengeluarkan peringatan produk medis untuk empat obat yang terkontaminasi yang diidentifikasi di Gambia yang berpotensi terkait dengan cedera ginjal akut dan 66 kematian di antara anak-anak,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Rabu.
“Hilangnya nyawa anak-anak sangat menyedihkan bagi keluarga mereka,” katanya.
Dikutip dari Indian Express, Selasa, 11 Oktober 2022, keempat obat tersebut adalah sirup obat batuk dan pilek yang diproduksi di India, demikian pernyataan WHO.
Sementara produk yang terkontaminasi sejauh ini hanya terdeteksi di Gambia. Namun menurut sebuah pernyataan, kemungkinan obat tersebut telah didistribusikan ke negara lain.
WHO sendiri sedang melakukan penyelidikan dengan perusahaan dan otoritas pengatur di India.
“WHO merekomendasikan semua negara untuk mendeteksi dan menghapus produk ini dari peredaran untuk mencegah bahaya lebih lanjut pada pasien,” katanya.
Bekerja sama dengan Palang Merah Gambia, Kementerian Kesehatan telah mengirimkan ratusan anak muda untuk mengumpulkan obat sirup tersebut, melalui kampanye dari rumah ke rumah.
Dewan Penelitian Medis Gambia juga telah mengeluarkan peringatan.
“Selama seminggu terakhir, kami menerima seorang anak dengan kondisi ini (gagal ginjal akut). Dan sayangnya dia telah meninggal. Kami dapat memastikan bahwa dia telah menggunakan salah satu obat yang diduga menyebabkan hal ini, sebelum kedatangannya di klinik kami. (Obat) Itu telah dibeli di apotek di Gambia,” kata dewan dalam sebuah pernyataan.
"Obat tersebut telah diidentifikasi mengandung sejumlah besar racun yang merusak ginjal secara permanen," ungkapnya.