AYOMEDAN.ID--Jagad duni ahiburan tanah air kembali dikabarkan dengan perceraian komedian Sule dan Nathalie Holscher. Mahligai rumah tangga Sule dan Natalie Holscher sebelumnya terlihat baik-baik saja, bahkan kerap tampil di televisi dan instagram pribadinya menunjukkan tidak ada masalah.
Belakangan, isu tak sedap rumah tangga Sule dan Natalie Holscher kian santer, hingga berujung gugatan cerai.
Melansir dari suara.com, Seperti dikutip dari Insider, mereka pernah melakukan peneltian dengan bantuan sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di University of Denver.
Baca Juga: Semula Baik-baik Saja, Komedian Sule Digugat Cerai Nathalie Holscher
Studi tersebut mensurvei 52 orang (31 perempuan dan 21 lelaki), yang telah terlibat dengan PREP, sebuah "program pencegahan dan peningkatan hubungan" yang berfokus pada pengajaran keterampilan komunikasi dan resolusi konflik pasangan.
Kursus berlangsung sebelum pasangan menikah, tetapi penelitian tersebut mensurvei individu yang akhirnya bercerai, 14 tahun setelah PREP berlangsung. Ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang mengapa pernikahan mereka gagal, dan apakah itu merupakan kombinasi dari faktor-faktor. Berikut ini sejumlah alasannya.
Baca Juga: Ini Sederet Agenda Kunker Presiden Jokowi di Sumut pada Hari Kedua
- Kurangnya komitmen — 75 persen
Meskipun beberapa orang akan mengatakan bahwa pernikahan adalah komitmen utama, 75 persen dari orang yang disurvei mengatakan kurangnya komitmen berperan dalam kematian pernikahan mereka.
"Saya menyadari itu adalah kurangnya komitmen dari saya karena saya tidak benar-benar merasa romantis terhadapnya. Saya selalu merasa lebih seperti dia adalah teman saya," jelas salah satu peserta.
- Perselingkuhan atau hubungan di luar pernikahan — 59,6 persen
Menurut penelitian, "perselingkuhan sering disebut sebagai titik balik kritis dalam hubungan yang memburuk." Faktanya, itu adalah alasan yang paling umum dikutip oleh para peserta.
Beberapa alasan umum untuk selingkuh, seperti dilansir INSIDER, adalah perasaan diabaikan, masalah ketidakamanan, atau rasa takut ditinggalkan.
- Terlalu banyak konflik dan pertengkaran — 57,7 persen
Peserta survei mengungkapkan bahwa, secara umum, konflik mereka tidak diselesaikan dengan tenang atau efektif — dan semakin memburuk seiring waktu. Mereka melaporkan bahwa "masalah komunikasi meningkat dalam frekuensi dan intensitas sepanjang pernikahan mereka, yang kadang-kadang tampaknya bertepatan dengan hilangnya perasaan koneksi positif dan dukungan timbal balik."
Seorang peserta meringkasnya dengan mengatakan, "Saya frustrasi karena terlalu banyak berdebat."
- Menikah terlalu muda — 45,1 persen
Dalam studi tersebut, mereka yang menyebut usia mereka sebagai masalah adalah usia rata-rata 23,3 tahun pada saat menikah. Menurut Pew Research Center, usia pernikahan telah berubah secara drastis selama 50 tahun terakhir. Pada tahun 1960, 59 persen dari mereka yang berusia 18-29 menikah. Lima puluh tahun kemudian pada 2010, jumlah itu turun menjadi 20 persen. Dan pada tahun 2011, usia rata-rata untuk pernikahan pertama bagi seorang pria adalah 28,7, dan 26,5 untuk seorang perempuan. Lima puluh tahun sebelumnya, keduanya berusia awal 20-an.
Artikel Terkait
Akhiri Status Jomblomu dengan Tips Kencan Pertama yang Satu Ini
Prakerja Gelombang 36 sudah Dibuka? Segera Lakukan ini Biar Lolos dan Dapat Insentif
BSU 2022 Cair Lagi? Kalau ada ini Kamu Pasti dapat Bantuan Subsidi Upah Rp 1 Juta
Ini Sederet Agenda Kunker Presiden Jokowi di Sumut pada Hari Kedua
Semula Baik-baik Saja, Komedian Sule Digugat Cerai Nathalie Holscher